Jakarta, Aktual.com — Provinsi Lampung mengikuti pertemuan Jaringan Sumatera untuk Pelestarian Pusaka (Pan-Sumatera Network for Heritage Conservation-Pansumnet) yang akan dilaksanakan di Sawahlunto, Sumatera Barat, 21-24 Oktober 2015 mendatang.
Dalam pertemuan Pansumnet 2015 di Sawahlunto itu, berdasarkan informasi diperoleh di Bandarlampung, Senin (19/10), telah diundang dan akan hadir penggiat heritage Direktur Eksekutif Jung Foundation Lampung Heritage, Christian Heru Cahyo Saputro, dan Sekretaris Eksekutif Jung Foundation, M Hari W Jayaningrat beserta utusan Pemprov Lampung yang juga Staf Ahli Gubernur Lampung Bidang Kebudayaan, Zulkarnain Zubairi.
Menurut Christian Heru, dalam forum ini Lampung akan menyampaikan gagasan tentang pengelolaan wisata pusaka industri di Lampung.
“Lampung memiliki banyak potensi peninggalan pusaka industri. Ini perlu dibincangkan, disentuh dan dikembangkan destinasi wisatanya,” ujar Heru.
Lampung, lanjut Heru, sejak sebelum era kemerdekaan dikenal sebagai daerah penghasil kopi dan lada, sampai-sampai menyita perhatian Kompeni Belanda untuk menguasainya.
Pemerintah Hindia Belanda setelah berhasil dengan proyek percontohan Kolonisasi pertama di Indonesia yang dimulai tahun 1905 di Bagelen, Gedung Tataan, Lampung, kemudian Belanda membuka perkebunan karet (afdeling) di sejumlah lokasi di Lampung, untuk mendukung infrastruktur Belanda membangun jaringan kereta api dan pelabuhan.
“Sejak dulu Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki kegiatan industri yang beragam, di antaranya berupa perkebunan, pabrik dan industri pengolahan hasil pertanian,” kata Heru pula.
Menurut dia, pihaknya sudah mendapatkan informasi dari Ketua Badan Warisan Sumatera (BWS) Hendra Arbie SE yang mengatakan Pertemuan Jaringan Sumatera untuk Pelestarian Pusaka 2015 ini mengusung tema Pusaka Industri (Industrial Heritage).
Hendra mengatakan, Pansumnet ini akan diikuti pemerhati pemerhati pelestarian, praktisi, institusi pemerintah terkait dan anggota organisasi pelestarian baik dari tingkat lokal, nasional dan internasional.
Sedangkan, sehari sebelumnya pada 20 Oktober 2015, akan diadakan Pertemuan Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI).
Hasti Tarekat dari Heritage Hands On, Expertise and Entrepreneurship menambahkan bahwa masing-masing peserta utusan dari daerah akan menyampaikan paper tentang gagasan atau pun pengalaman tentang pengelolan pusaka industri di daerahnya.
Selain itu, peserta juga akan memberikan kontribusi menampilkan informasi baik berupa brosur, video, poster atau pun cenderamata khas daerahnya sekaitan dengan topik pusaka industri.
Kepala Seksi PKP Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung yang juga Sekretaris Eksekutif Jung Foundation, Hari W Jayaningrat menambahkan, pusaka industri bentuk tangible di Lampung, antara lain berupa gedung kuno di perumahan PTPN VII Kedaton, gedung-gedung tua di Way Galih, Pabrik Pematang Kiwah (Pewa) Natar, dan sejumlah area perkebunan karet dan sawit peninggalan Belanda yang kini di kelola PTPN VII, gedung kantor Dasaad Musin Concern di Jalan Kotaraja yang kini dimiliki Gereja Kristus Raja.
Gedung ini merupakan tengaran dan bukti Lampung sudah punya konglomerat sebelum era kemerdekaan, yaitu pengusaha berdarah Menggala, Agus Musin Dasaad.
Kemudian deretan gudang-gudang CV Bakrie Brothers yang berlokasi sepanjang Jalan Yos Sudarso. Tentunya bisa juga dilacak dimana kantor pengusaha asal Kalianda, Achmad Bakrie mengawali membangun perusahaan Bakrie Group yang kini menjadi salah satu raksasa industri di Indonesia.
Ada juga bekas gedung Pabrik Parwitayasa Sari Petojo yang dibangun tahun 1927, kini menjadi kantor PT Wahana Raharja–di seputaran Jalan Malahayati, dan ada pabrik pengolahan lada dan kopi milik CV Sumberjaya Group.
Menurutnya, bisa jadi kalau dilacak masih banyak pabrik di kawasan Telukbetung yang direlokasi ke kawasan industri Lampung (KAIL) Tanjungbintang.
Kemudian di Jalan Yos Sudarso ada pabrik milik Sungai Budi Group yang muasalnya dari CV Bumi Waras yang didirikan Inteng pada tahun 1947, dan kini berkembang PT Tunas Baru Tbk yang menambah jajaran taipan dari Lampung, perusahaan ini dikenal sebagai pelopor pengolahan hasil-hasil pertanian di Indonesia.
Hari juga menyebutkan, di kawasan Seliri, Panjang Kota Bandarlampung juga ada bekas pabrik sepeda PT Daya Sakti milik Gajah Tunggal Group Sjamsul Nursalim yang diresmikan Presiden Soeharto pada 9 Oktober 1975 silam.
“Pabrik sepeda ini kini mangkrak dan konon masih jadi objek sengketa. Tentunya kalau dilacak masih banyak objek-objek yang bisa dijadikan destinasi wisata pusaka di Lampung,” ujar Hari lagi.
Staf Ahli Bidang Kebudayaan Gubernur Lampung, Zulkarnain Zubairi mengatakan, pertemuan Pansumnet ini sangat strategis, untuk saling tukar informasi, pengalaman dan saling belajar dari mengelola warisan budaya di daerah.
“Saya juga akan hadir dalam pertemuan Jaringan Kota untuk Pelestarian Indonesia (JKPI). Ini sebuah networking yang bagus. Jadi sekembalinya dari Sawahlunto nanti akan saya sosialisasikan kepada kabupaten dan kota yang punya potensi warisan budaya untuk bergabung dalam organisasi JKPI ini, biar nantinya punya jejaring untuk pengembangan pelestarian di daerah masing-masing,” ujar Udo Z Karzi, panggilan karib Zulkarnain Zubairi itu pula.
Artikel ini ditulis oleh:

















