Pekanbaru, aktual.com – Aroma masakan dari periuk besar di dapur umum yang dikelola warga setempat, menyatu dengan bau tanah hangus sisa kebakaran seminggu lalu. Di halaman rumah RT 02/RW 03, Jalan Pepaya, Kelurahan Pulau Karomah, suasana itu menjadi saksi, bahwa di tengah duka, manusia bisa tetap memilih untuk saling menguatkan.
Sabtu (20/9) lalu, api membakar lebih dari sekadar bangunan. Rumah bulatan dan lima kios ludes. Yang tersisa hanyalah puing, dan cerita kehilangan yang tak mudah dilupakan. Namun pada Ahad (28/9), jejak langkah seorang pemimpin membawa secercah kelegaan bagi mereka yang terdampak.
Gubernur Riau, Abdul Wahid, datang menyapa langsung tujuh kepala keluarga korban kebakaran. Tak sekadar kunjungan seremonial. Ia berjalan perlahan, menyalami satu per satu warga. Di bawah tenda darurat, ia bicara dengan bahasa sederhana, tanpa sekat, seolah menyambangi keluarga sendiri.
“Bapak Ibu, kami ada di sini untuk kebersamaan. Jadi tak perlu khawatir, jangan berlarut dalam kesedihan,” ujarnya.
Di salah satu sudut tenda, Erna (75), wanita sepuh yang kehilangan tempat tinggal, menyambut kedatangan Gubernur dengan mata berkaca. Tangannya menggenggam amplop bantuan yang baru saja diterimanya, Rp53 juta disalurkan melalui Baznas Riau untuk kebutuhan mendesak para korban
“Terima kasih Pak Gubernur. Kami senang ada yang peduli. Bantuan ini penting, tapi perhatian seperti ini jauh lebih menguatkan,” katanya lirih.
Erna bukan satu-satunya yang merasakan sentuhan empati itu. Desi (40), pemilik kios yang terbakar, mengungkapkan harapan agar ada lanjutan dari bentuk kepedulian ini. “Alhamdulillah bantuan sudah kami terima, tapi kami juga berharap ada bantuan modal usaha, karena kios itu sumber hidup saya,” pintanya.
Gubri Abdul Wahid sadar, apa yang dibawanya hari itu tidak akan menggantikan rumah dan usaha yang hilang. Namun, ia percaya bahwa hadir bersama warga yang berduka adalah bentuk tanggung jawab moral pemerintah.
“Kita mungkin tidak bisa mengganti semuanya. Tapi kalau kita hadir, mendengarkan, dan bersama mereka, itu sudah jadi penguat tersendiri,” ucapnya.
Usai menyerahkan bantuan, Gubri sempat berbincang dengan para relawan dan warga yang mengelola dapur umum. Perempuan-perempuan terlihat hilir mudik, sebagian memasak, sebagian mencuci alat makan. “Gotong royong seperti inilah yang menguatkan. Ini bukan hanya soal bantuan, tapi tentang saling menjaga,” tuturnya sambil tersenyum.
Asa Baru
Tenda-tenda darurat di halaman rumah warga kini bukan sekadar tempat mengungsi. Ia menjelma menjadi ruang cerita, tempat luka dibagi, dan harapan ditumbuhkan. Anak-anak mulai berani tersenyum, ibu-ibu berbagi makanan, dan warga saling membantu satu sama lain.
Gubri tak luput memberikan apresiasi kepada RT dan RW setempat yang rela mengubah halaman rumahnya menjadi tempat perlindungan. “Ini rumah sementara bagi warga kita yang sedang diuji. Saya salut dengan solidaritas warga di sini,” ujarnya.
Ketika langkah kaki Gubernur meninggalkan lokasi, senyum mulai lebih banyak terlihat. Tidak karena semua masalah telah selesai, tetapi karena warga tahu, mereka tidak sendiri. Di antara abu yang masih menyisakan panas, harapan perlahan menyala kembali.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















