Jakarta, Aktual.com – Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang proteksionis dianggap akan sangat menganggu perekonomian global. Indonesia yang sangat mengandalkan pasar dan investor global akan sangat terpengaruh.

Untuk itu, pemerintah diminta agar lebih mengandalkan konsumsi domestik (domestic consumption) dibanding pasar internasional dalam menjaga pertumbuhan, sehingga tak terlalu menjadi korban ulah Trump. Apalagi di saat yang sama, suasana politik dalam negeri juga masih relatif panas.

“Agar Indonesia tak terdampak negatif dari kebijakan Trump, maka konsumsi swasta dan penguatan perekonomian di pasar barang dan tenaga kerja harus terus menguat. Kondisi itu saya rasa akan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tutur Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean, di Jakarta, Kamis (26/1).

Dia sendiri memproyeksi, kebijakan Trump adalah menjadi salah satu faktor yang membuat volatilitas global masih akan meninggi pada tahun ini. Kondisi ketidakstabilan di banyak negara dianggapnya akan banyak memberi pengaruh.

“Jadi, prospek diluncurkannya beleid-beleid baru yang diwacanakan oleh Trump, serta meningkatnya tantangan proteksionisme, masih gamangnya perekonomian di zona euro, serta kurang kuatnya perekonomian China dan Jepang akan kian membuat volatilitas perekonomian global,” papar dia.

Apalagi di dalam negeri juga, kata Adrian, bukan berarti tanpa tantangan. Saat ini, pelaku bisnis memantau berlangsungnya pemilihan kepala daerah secara serentak di lebih dari 100 pemerintahan daerah dan provinsi di Tanah Air.

“Karena hal itu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” cetusnya.

Untuk itu, lanjut dia, di tengah hadirnya tantangan-tantangan tersebut, perekonomian Indonesia bisa saja tetap menorehkan angka pertumbuhan yang positif, asal konsumsi domestik dan daya beli masyarakat tetap dipertahankan tinggi.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan