Jakarta, Aktua.com – Kementerian Perindustrian fokus untuk meningkatkan program hilirisasi berbasis sumber daya alam, termasuk di sektor agro, agar dapat terus memacu nilai tambah ekonomi dari bahan baku lokal tersebut, di mana salah satu sektor yang dikembangkan adalah industri pengolahan minyak kelapa sawit.
Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia harus memiliki keberanian untuk menghentikan ekspor bahan mentah, termasuk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), meskipun terdapat potensi gugatan hingga ke Organisasi Perdagangan Internasional (WTO).
“Indonesia harus bersiap menghadapi segala hambatan dalam proses hilirisasi sumber daya alam,” kata Presiden melalui keterangan resmi diterima di Jakarta, Rabu (20/10).
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa Indonesia harus bisa menghentikan ekspor minyak sawit mentah (CPO) agar komoditas tersebut dapat diolah menjadi produk turunan yang bernilai tambah tinggi.
“Di suatu titik nanti, stop yang namanya ekspor CPO. Harus jadi kosmetik, harus jadi mentega, harus jadi biodiesel, dan turunan lainnya,” ujar Presiden.
Melalui kebijakan hilirisasi, pemerintah menargetkan Indonesia bisa menjadi pusat produsen produk turunan minyak sawit di dunia pada tahun 2045. Hal ini juga akan membuat Indonesia menjadi penentu harga CPO global. Pasalnya, Indonesia sudah menguasai pasar ekspor CPO di kancah global sebesar 55 persen.
Di samping itu, kenaikan harga komoditas CPO, diharapkan bisa menjadi peluang untuk pengembangan industri hilirnya. Hal ini akan berdampak positif pada multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional, khususnya penerimaan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa upaya pendalaman struktur industri manufaktur di Indonesia, juga perlu didorong melalui kebijakan hilirisasi berbasis sektor primer.
“Selama ini, hilirisasi dapat bermanfaat dalam meningkatkan nilai tambah terhadap perekonomian nasional, di antaranya peningkatan pada investasi, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan industri manufaktur di dalam negeri,” tuturnya.
Menurut Agus, dengan ketersediaan sumber daya alam yang berlimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara eksportir berbagai produk berbasis agro, mineral, migas, dan batubara.
“Di sektor industri agro misalnya, Indonesia berhasil melakukan hilirisasi minyak sawit mentah (CPO),” ujarnya.
Dalam kurun 10 tahun, ekspor produk turunan kelapa sawit meningkat signifikan, dari 20 persen pada 2010 menjadi 80 persen pada 2020. Hal itu sesuai target peta jalan pengembangan industri hilir kelapa sawit yang diatur melalui Peraturan Menteri Perindustrian No 13 Tahun 2010.
Bahkan, saat ini terdapat 168 jenis produk hilir CPO yang telah mampu diproduksi oleh industri di dalam dalam negeri untuk keperluan pangan, fitofarmaka/nutrisi, bahan kimia/oleokimia, hingga bahan bakar terbarukan/biodiesel FAME. Sementara pada tahun 2011, hanya ada 54 jenis produk hilir CPO.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arie Saputra