Ratusan ribu umat Islam dari berbagai elemen yang tergabung dalam Gerakan Bela Islam melakukan aksi unjuk rasa ke Bareskrim Polri,Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (14/10/2016). Dalam aksinya Gerakan Bela Islam mendesak Bareskrim Polri segera menetapkan tersangka kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dalam kasus penistaan Agama.

Jakarta, Aktual.com – Politikus Partai Gerindra Muhammad Syafi’i menyebut, sikap pemerintah dan kepolisian yang melarang umat muslim daerah ikut aksi bela Islam jilid III 2 Desember hanya menambah rentetan kebencian meraka kepada pemerintahan Jokowi.

Untuk itu, Sayfi’i mengingatkan agar umat muslim di daerah tidak dilarang-larang dalam menyampaikan aspirasinya, yang menuntut Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ditahan karena sudah menjadi tersangka penista agama.

“Di republik ini siapapun jadi penguasa jangan coba-coba berhadapan dengan umat Islam! Karena apa? Semua bangsa terkuat di seluruh dunia, pernah dikalahkan umat Islam termasuk di bumi Indonesia,” ujar dia di Jakarta, Rabu (30/11).

Jika pemerintah terus melarang umat Islam yang akan melakukan aksi, maka yang terjadi adalah menambah kebencian umat muslim kepada pemerintahan Jokowi. Sebab, mereka bergerak bukan atas bayaran melainkan panggilan hati.

“Di Malang ada yang buka pendaftaran, siapa yang mau demo ke Jakarta bayar Rp500 ribu, mereka semua mau.”

Artinya, lanjut dia, tekad umat muslim yang akan melakukan aksi bela Islam itu karena panggilan hati. Terlebih, kitab suci yang selama ini dipercaya dianggap membodoh-bodohi oleh orang yang tidak menganut ajaran Islam dalam hal ini Ahok.

Laporan: Musdianto

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu