SONY DSC

Yogyakarta, Aktual.com – Otoritas penerbangan Lanud Adi Sutjipto menghimbau masyarakat luas untuk tidak lagi menggunakan laser, yang dapat mengancam keselamatan penumpang dalam sebuah penerbangan, baik pesawat latih TNI AU maupun komersil.

“Laser ini sangat berbahaya dalam dunia penerbangan, apalagi di Lanud Adi Sucipto sendiri terdapat sekolah penerbangan yg sering berkegiatan malam hari,” ujar Mayor Susgianto selaku Kepala Divisi Penerangan dan Kepustakaan Lanud Adi Sucipto kepada Aktual.com, Sabtu (19/3).

Keluhan terhadap sinar laser beberapa kali dialami Pilot penerbang yang sedang landing, take off dan bermanuver malam hari dalam beberapa minggu terakhir. Tidak ingin berujung fatal, Pihak Angkasa Pura (AP) I Lanud Adi Sutjipto telah berkoordinasi dengan TNI AU dan Kepolisian Daerah Sleman dengan membentuk tim pemburu pelaku penembakan laser.

“Kemarin kami sudah membahasnya dengan Kapolda tentang masalah ini” tambahnya. Diketahui, daerah sumber tembakan laser pada 14 Maret lalu terbanyak berasal dari area utara bandara.

Namun, tidak terbatas pada permasalahan laser, pihaknya juga memberi perhatian untuk semua kemungkinan masalah yang muncul selain laser yang dapat mengganggu dunia penerbangan.

Ditemui di kesempatan yang sama, Nazir Hasan selaku Humas Komunitas Penjelajah langit dan Astronomi Yogyakarta menjabarkan terdapat dua jenis laser yang digunakan, yakni laser hijau yang memiliki jarak tembak kurang lebih 2 km serta laser biru yang berjarak tembak hingga mencapai 6 km.

“Yang kini dikhawatirkan adalah ketika laser ini dijual bebas untuk semua orang di pinggir-pinggir jalan,” ujar Nazir.

Dijelaskan bahwa, seorang pilot ketika akan menerbangkan pesawat lebih dulu dimasukkan ke ruangan gelap yang hanya terdapat cahaya merah, ini bertujuan agar pilot beradaptasi dengan kegelapan saat mengudara, ketika sudah beradaptasi otomatis kornea mata akan terbuka lebar.

Jika secara tiba-tiba datang cahaya yang memancar kuat kearah mata maka pandangan pilot akan mengalami disorientasi, berkunang sehingga mengganggu visi penerbang. “Laser ini jika kita arahkan ke burung yg terbang pada malam hari, burung tersebut akan kehilangan arah. Bayangkan itu terjadi pada pilot, ia akan mengalami buta sesaat” papar Nazir.

Ketika pesawat landing maupun take off, yang mengendalikan sepenuhnya adalah sistem manual-pilot, bukan auto-pilot. Sehingga pilot harus berkonsentrasi mengendalikan perhitungan ketinggian dan kerendahan pesawat tanpa adanya gangguan sedikitpun.

Di indonesia sendiri, lanjut Nazir, kasus seperti ini tidak hanya terjadi di Yogyakarta, beberapa daerah lain pernah mengalami hal yang sama seperti di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Adi Soemarmo Solo dan Husein Sastranegara Bandung.

“Kita tahu masalah kecelakaan penerbangan di negara ini masih cukup banyak. Mari kita sama-sama menjaga penerbangan supaya tetap aman dengan tidak bermain laser, jangan sampai terjadi lagi” Tutup Nazir.

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis
Nebby