Jakarta, Aktual.com – Masa bulan puasa dan lebaran tahun 2015 sebenarnya merupakan momentum yang baik bagi berbagai perusahaan telekomunikasi untuk mendongkrak laba karena biasanya terjadi peningkatan kebutuhan untuk berinteraksi antarwarga dengan perangkat telekomunikasi.
“(Lebaran) ini momentum tepat bagi operator telekomunikasi untuk mengdongkrak margin keuntungan,” kata pengamat telekomunikasi dari IPMI International Business School, Hasnul Suhaimi, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (12/6).
Menurut mantan mantan Presiden Direktur PT Excelcomindo Pratama Tbk itu, tingginya tingkat belanja masyarakat menjelang hari raya Idul Fitri dapat menjadi peluang bagi operator untuk mendongkrak pendapatan dan laba perseroan.
Hal itu, ujar dia, dinilai juga dibutuhkan di tengah penyusutan margin keuntungan akibat ketatnya kompetisi, mahalnya biaya pemasaran, serta pergeseran pola konsumsi telekomunikasi publik ke data dari suara dan pesan singkat (SMS).
Ia mengingatkan bahwa lalu lintas komunikasi cenderung meningkat setiap Ramadhan dan lebaran, sementara sensitivitas konsumen terhadap harga telekomunikasi anjlok menjelang lebaran.
“Hal ini bisa dimanfaatkan operator seluler untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai program promosi yang bisa memanjakan konsumen,” kata Hasnul Suhaimi.
Merujuk kepada riset PT Mars Indonesia, lanjutnya, konsumen telekomunikasi di Tanah Air mulai loyal terhadap merek operator tertentu.
Berdasarkan hasil survei PT Mars Indonesia, sebanyak 90,1 persen konsumen seluler Indonesia tetap akan menggunakan merek yang digunakannya walaupun operator menaikkan tarif telekomunikasi atau mengurangi layanan. Hanya 9,9 persen konsumen yang pindah operator telepon.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memperkirakan akan ada operator seluler yang tumbang dalam jangka waktu beberapa waktu ke depan.
“Percayalah, nanti ada operator yang tumbang, hanya masalah waktu saja,” kata Rudiantara usai berbicara dalam Simposium Nasional Cyber Security di Jakarta, Kamis (4/6).
Namun Rudiantara tidak mau menyebut nama operator tersebut. “Coba analisis sendiri,” katanya.
Ia mengatakan, industri telekomunikasi, memiliki tiga kriteria penting yakni padat modal, padat teknologi, dan regulasi.
Untuk sisi permodalan misalnya, menurut dia, operator harus membelanjakan 5 miliar dolar AS per tahunnya. Bila tidak memiliki dana yang memadai maka akan sulit untuk beroperasi.
Menurut dia, daripada harus tumbang, sebaiknya operator memilih untuk konsolidasi. “”Ini yang menjadi alasan saya mengapa selalu mendorong adanya kondolidasi,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: