Jakarta, Aktual.com – Lebih dari 1.200 anak diperkirakan telah meninggal akibat dugaan campak dan malnutrisi di kamp pengungsi Sudan, sedangkan ribuan anak lainnya, termasuk bayi yang baru lahir, berisiko meninggal sebelum akhir tahun ini, menurut badan PBB pada Selasa (19/9).
“Sayangnya, kami khawatir jumlahnya akan terus meningkat.” kata Kepala Kesehatan Masyarakat di Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Dr. Allen Maina dalam pertemuan PBB di Jenewa, Selasa.
Badan anak-anak PBB (UNICEF) juga mengungkap keprihatinan serupa, dengan mengkhawatirkan nasib “ribuan bayi baru lahir” di antara 333.000 bayi yang akan lahir hingga akhir tahun. Mereka membutuhkan perawatan persalinan yang handal, tetapi situasi kesehatan yang memburuk di Sudan dan kurangnya layanan kesehatan membuat kondisi semakin sulit.
“Bayi-bayi itu dan ibunya membutuhkan layanan persalinan yang handal. Namun di negara di mana jutaan orang terperangkap di zona konflik atau mengungsi, dan di mana suplai layanan kesehatan sangat terbatas, layanan yang dibutuhkan semakin memburuk tiap harinya,” kata juru bicara UNICEF, James Elder.
Situasi kesehatan di Sudan telah memburuk selama hampir enam bulan konflik antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), sebuah grup paramiliter. Serangan langsung dari pihak-pihak yang berperang dan kurangnya staf dan obat-obatan telah berdampak serius pada sektor kesehatan negara tersebut.
Setiap bulan, sekitar 55.000 anak membutuhkan perawatan untuk bentuk terburuk dari malnutrisi di Sudan, tetapi akses ke pusat gizi sangat terbatas. Di ibukota Khartoum, hanya ada satu pusat gizi untuk setiap 50 pusat gizi yang diperlukan, dan di Darfur Barat, hanya satu dari 10 pusat gizi yang berfungsi, demikian kata James Elder dari UNICEF.
(Abdul Jalil)