FAO menjadikan Suriah sebagai contoh, tempat krisis yang meletus pada Maret 2011 telah merenggut setengah juta orang dan melukai serta membuat lebih dari 14 juta orang lagi kehilangan tempat tinggal.
“Biaya konflik dan perang tak terbatas pada tingkat kerawanan pangan tapi itu juga meluas ke tingkat manusia, sebab Wilayah NENA meliputi jumlah paling banyak orang yang menjadi pengungsi, dan masalah tersebut memiliki dampak luas sosial dan ekonominya juta,” kata Abdessalam Ould Ahmed, Kepala Regional FAO, kepada Xinhua setelah dikeluarkannya laporan 2017 di Ibu Kota Mesir, Kairo.
Ahmed menekankan bahwa dampak perang terhadap sektor pertanian di Suriah, misalnya, telah diperkirakan berjumlah 16 miliar dolar AS.
“Ada negara yang menghabiskan 20 sampai 60 persen GDPnya untuk menghadapi perang dan kerusuhan, jumlah yang sangat tinggi,” katanya.
Laporan FAO menyoroti perdamaian di wilayah itu sebagai satu-satunya cara untuk mengentaskan orang miskin sampai 2030, yang menjadi salah satu sasaran pembangunan milenium PBB yang disepakati oleh banyak negara di dunia.
Gizi buruk dan kurang gizi, yang tersebar luas di wilayah tersebut akibat perang saudara dan konflik selama beberapa tahun belakangan, telah membuat Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengalokasikan separuh dari anggaran tahunannya buat negara NENA yang menderita.
ant
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby