Jakarta, Aktual.com — Di hari Jumat (2/9) penuh berkah ini, Aktual.com kembali menghadirkan nasihat-nasihat agama Islam. Kami yakin setelah Anda membacanya, Muslim akan menebar kebaikan dalam kesehariannya.
Sebelum seorang Muslim mengenal Allah SWT, Muslim tersebut harus mengenal dirinya terlebih dahulu. Seorang Sufi Al Arif Billah, Yahya bin Muaz menyatakan, bahwa “Barang siapa mengetahui ‘hakekat’ dirinya maka dia akan mengenal Allah SWT.”
Mulai dari lahir hingga Muslim itu beranjak dewasa, hakekat kita ini seperti apa? Kita ini harusnya berpikir, bertindak sebagaimana Allah SWT harapkan. Seringkali, seorang Muslim berdoa kepada Allah SWT Tuhan Semesta Alam, seolah Allah SWT harus mengikuti apa yang dimau Hamba-Nya. Padahal sudah jelas siapa Sang Khalik sebenarnya-dan siapa tuan siapa makhluk siapa Hamba-.
Seringkali Muslim melupakan kedudukan kita sebagai Hamba. Bagaimana kita mempelajari hakikat diri kita. Mengenal hakikat diri yang ‘dhoif’, lemah tanpa daya serta tanpa kuasa, memahami sebagai makhluk bukan sebagai sang Khalik, sekaligus memahami diri kita (manusia) yang sangat tergantung kepada Sang Maha Pencipta.
Jika seorang Muslim beraktivitas dalam kesehariannya seringkali kita tidak merasakan keterlibatan Allah SWT. Ini yang meski Muslim perbaiki karena apapun yang kita lakukan tidak bisa berdiri sendiri tanpa kehadiran Allah SWT.
Dalam firman Allah SWT, “Dan katakanlah (Muhammad), “Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)” (QS.Al-Isra: 80).
Kemudian, rezeki yang kita raih jangan kita anggap itu sebagai hasil kita, lantaran bisa menjadikan Muslim tersebut riya atau sombong. Yang akhirnya tidak masuk ke dalam Surga-Nya, jika di dalam hati kita ada sedikit kesombongan, walaupun sekecil apapun.
Demikian dijelaskan dalam Hadits Rasulullah SAW, “Laa yadhkuluu jannah man Fi qolbihi dzarrotan minal kibriyaa’” yang artinya: Tidak akan masuk Surga , barang siapa di dalam dirinya ada sederat dzaroh kesombongan.”
Kita sebagai Hamba Allah SWT, seharusnya dalam setiap aktivitas apapun yang kita kerjakan apapun yang kita lakukan itu tidak pernah lepas dengan Allah SWT. Memulai aktivitas dengan Allah SWT, berjalan pun selalu bersama Allah SWT keluar pun bersama Allah SWT.
Bagaimana Allah SWT bisa lepas dari kita. Artinya bila Allah SWT bisa lepas dari kita berarti kita bukan makhluk. Namanya makhluk yang diciptakan selalu mempunyai ketergantungan dengan yang menciptakan. Sekali lagi, kita harus sadar siapa kita, dan apa hakikat manusia itu diciptakan?
Padahal, hakikat makhluk itu fana. Hakekat makhluk itu adalah hancur, dan seluruh Alam Semesta juga akan lenyap. Hanya satu yang kekal dan abadi yaitu Allah SWT, Tuhan Maha Segala-galanya.
Makanya di awal Al Quran selalu terdapat tulisan bismillah yang memiliki arti bersama menyebut Allah SWT. Bagaimana aktivitas kehidupan kita itu merasakan kehadiran Allah SWT, sebelum masuk kepada kehadiran Allah kita harus memahami kembali, siapa sang Maha Pencipta dan siapa yang dicipta.
Artikel ini ditulis oleh: