Jakarta, Aktual.com — Piala Jenderal Sudirman memakai aturan sendiri dalam soal poin yang didapat dari pertandingan. Penonton tidak akan menyaksikkan lagi berakhir imbang dalam tiap pertandingannya di turnamen ini. Jika pertandingan berakhir imbang dalam 2×45 menit, maka kedua tim akan menentukan pemenang lewat adu penalti.
Demikian disampaikan Ketua penpel Piala Jenderal Sudirman sekaligus CEO Mahaka Sports and Entertaiment, Hasani Abdul Gani, Kamis (12/11).
“Kami hanya ingin kompetitif. Dengan poin ini, pertandingan akan seru sampai akhir, dan akan terus menegangkan karena tak ada hasil imbang,” ujar dia.
Perolehan poin masing-masing tim pun jadi berbeda. Tiga poin tetap diberikan pada tim yang menang di waktu normal, sementara jika menang melalui adu penalti cuma dapat dua angka. Sementara kalah adu penalti masih dapat satu poin dan kalah di waktu normal tidak dapat poin.
“Penonton dipastikan akan puas. Laga tidak akan berhenti dalam kondisi non klimaks, setiap laga akan mencapai klimaks karena akan selalu ada pemenang,” ujar dia.
Format poin yang digunakan di Piala Jenderal Sudirman terkait juga dengan pembagian match fee kepada masing-masing tim. Tim yang menang di waktu normal dan menang melalui penalti dapat hadiah yang berbeda.
Format poin yang digunakan di Piala Jenderal Sudirman terkait juga dengan pembagian match fee kepada masing-masing tim. Tim yang menang di waktu normal dan menang melalui penalti dapat hadiah yang berbeda.
Tim yang menang dalam waktu normal mendapatkan match fee Rp 125 juta, sementara yang kalah hanya Rp 75 juta. Sedangkan lewat adu penalti, tim yang menang mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 110 juta dan yang kalah mendapatkan Rp 90 juta.
“Dengan begitu, tidak hanya mengejar poin. Tapi tim harus kerja keras jika ingin mendapatkan match fee yang lebih besar, jadi persaingan lebih kuat,” kata dia.
Aturan poin yang mirip pernah digunakan di Liga Jepang pada tahun 90-an, namun sudah ditinggalkan pada tahun 2004 silam. Ketika itu Jepang sudah dikenal sebagai negara yang memiliki kompetisi terbaik di Asia.
Tak hanya Jepang, MLS (Major League Soccer) juga pernah menganut peraturan poin tersebut pada tahun 1996 sampai 2000. Namun mereka akhirnya memilih memakai format sepakbola Eropa. Di Brasil juga sempat mengadopsi peraturan poin ini, tapi sudah lama ditinggalkan sejak tahun 2000.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu