Jakarta, Aktual.co — Legenda bulu tangkis Indonesia era 1950-an, Tan Joe Hok menekankan arti penting data sebagai faktor pendukung kemajuan prestasi bulu tangkis nasional.

“Jika Indonesia disebut sebagai negara bulu tangkis, berapa jumlah klub bulu tangkis dan atlet bulu tangkis yang ada di Indonesia? Itu dulu,” kata Tan selepas menerima penghargaan Prestasi Seumur Hidup di Jakarta, Jumat (10/4).

Pria yang mempunyai nama lain Hendra Kartanegara itu mengatakan, data tentang jumlah klub dan pemain aktif itu berperan untuk menentukan regenerasi atlet-atlet bulu tangkis Indonesia.

“Kita juga harus memantau kekuatan atlet negara-negara lain seperti tunggal putri asal Spanyol Carolina Marin. Dia punya mental bermain yang bagus,” kata mantan atlet peraih juara Piala Thomas pada 1958, 1961, dan 1964 itu.

Legenda bulu tangkis berusia 77 tahun itu mengatakan perkembangan bulu tangkis Indonesia harus dimulai dengan menggerakkan pihak swasta yaitu klub-klub bulu tangkis sebagai pembinaan atlet di Indonesia.

Namun, perebut medali emas bulu tangkis dalam Asian Games 1962 itu juga tidak memungkiri peranan dana yang juga menjadi faktor pendukung kemajuan bulu tangkis Indonesia.

“Selama ini bulu tangkis masih abu-abu untuk mencari sponsor, terutama dari sektor swasta. Para pengusaha harus diberikan pengurangan pajak sebagai mana di Amerika Serikat agar mau menjadi sponsor,” katanya.

Tan Joe Hok merupakan salah satu dari tujuh atlet lain yang membawa Indonesia menjadi juara dalam Piala Thomas 1958.

Enam rekan Tan saat itu adalah Ferry Sonneville, Lie Poo Djian, Tan King Gwan, Njoo Kim Bie, Eddy Jusuf, dan Olich Solihin. Mereka dikenal dengan julukan “tujuh pendekar” bulu tangkis karena menjadi perintis perolehan Piala Thomas bagi Indonesia.

Artikel ini ditulis oleh: