Surabaya, Aktual.com – Rencana pemerintah yang ingin memproduksi pesawat R80 dan N245, masih menuai kontra, meski ada yang pro.

Anggota Komisi VI DPR RI, Bambang Haryo, mengaku kurang setuju adanya rencana tersebut. Alasannya, rencana produksi dua pesawat itu harus melalui kajian yang mendalam lebih dahulu.

“Kan itu harus dikaji dulu, sehingga tidak asal menghamburkan uang negara. Sekarang, pesawat belum diuji, lah kok akan dijadikan proyek stratgis,” kata Bambang Haryo di Surabaya, Jumat (24/2).

Jika akan dilakukan proyek strategis, kata Bambang, berarti pemerintah juga akan memproduksi massal. Padahal, saat ini belum dilakukan kajian pasar dan konsumennya.

Menurut Bambang, dua pesawat tersebut lebih cocok untuk jenis angkut keperintisan. Sebab, sejauh ini pesawat baling-baling sangat kurang diminati pasar.

“Daripada produksi pesawat, kan lebih baik produksi kapal cepat. Dan lagi pembagian proyek dua pesawat itukan antara swasta dan BUMN juga menuai kritik,” jelas Bambang.

Bambang melanjutkan, tidak bermaksud menghalangi proyek tersebut. Namun, mengenai pembagian proyek, ada baiknya dilakukan secara terpisah antara swasta dan BUMN. Menurutnya, BUMN harus sepenuhnya yang memproduksi dua pesawat tersebut. Sementara swasta bisa menjadi perusahaan pendukung yang memproduksi bagian-bagian panel pesawat seperti sayap, ekor, atau bagian kokpit.

“Dengan pembagian begini, antara swasta dan BUMN tidak akan saling bersaing” lanjutnya.

Jika pembagian itu ditetapkan, baru bisa dilakukan kajian mendalam atas dua produk pesawat tersebut.

Seperti diketahui, pemerintah berencana memproduksi dua pesawat sendiri agar tidak ketinggalan bangsa lain. Dua pesawat tersebut akan digarap oleh BUMN dan swasta nasional.

R80 akan diproduksi oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang didirikan oleh Presiden ke-3 RI BJ Habibie bersama putranya Ilham Akbar Habibie.
Sementara N245 digarap oleh BUMN yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang bekerja sama dengan LAPAN. Kedua pesawat ini masih menggunakan baling-baling. R80 berkapasitas 90 kursi dan N245 berkapasitas 50-60 kursi.

Laporan: Ahmad H Budiawan

Artikel ini ditulis oleh: