Brussels, Aktual.com – Lembaga kesehatan masyarakat Uni Eropa (EU) pada Kamis (2/12) mengatakan bahwa varian Omicron berpotensi mendominasi kasus COVID-19 di Eropa dalam beberapa bulan ke depan, namun belum ada temuan kasus parah di kawasan tersebut.
Perkiraan itu mendukung informasi awal seputar varian Omicron yang disebut sangat menular dibanding Delta, varian corona yang sebelumnya dianggap paling menular dari varian-varian sebelumnya.
“Berdasarkan pemodelan matematika yang dilakukan oleh ECDC, ada sejumlah indikasi bahwa Omicron dapat menjadi dominan dari keseluruhan infeksi SARS-CoV-2 di UE/EEA (Wilayah Ekonomi Eropa) dalam beberapa bulan ke depan,” kata Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) lewat pernyataan.
EU dan EEA meliputi 27 negara anggota Uni Eropa ditambah Islandia, Liechtenstein, dan Norwegia.
Sejauh ini belum ada bukti konklusif seputar penularan Omicron, namun pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria van Kerkhove pada Rabu mengatakan bahwa badan PBB itu berharap dapat mengantongi datanya dalam beberapa hari ini.
Pada Kamis penasihat sains terkemuka pemerintah Prancis Jean-Francois Delfraissy menyebutkan bahwa Omicron dapat menggeser dominasi varian Delta pada akhir Januari.
Hingga kini Eropa mencatat 79 kasus varian Omicron yang pertama kali muncul di Afrika Selatan pada November, kata ECDC.
Sebagian dari kasus Omicron tidak bergejala dan sebagian lagi hanya menunjukkan gejala ringan. Tidak ada kasus yang menyebabkan penyakit parah, rawat inap atau kematian.
“Vaksinasi bagi mereka yang belum disuntik vaksin atau yang belum mendapatkan vaksin lengkap dan booster untuk mereka yang berusia di atas 40 tahun sangat penting,” ujar Direktur ECDC Andrea Ammon melalui pernyataan.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Dede Eka Nurdiansyah