Jakarta, Aktual.co — Saat dunia merayakan Hari Bumi pada Rabu (22/4), sebanyak 16.000 warga yang tinggal di dekat Lembah Gaza di Jalur Gaza, justru menghadapi kondisi tidak sehat yang makin parah yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Lembah Gaza memiliki panjang sembilan kilometer dan membentang dari Gaza Timur sampai ke bagian baratnya. Rakyat Palestina yang tinggal di dekatnya sejak dulu mengeluh bahwa mereka terserang alergi, kulit jadi merah dan berjamur, selain bau yang membuat mual sepanjang waktu dari lembah kering, yang dipenuhi sampah dan limbah.

Selama musim dingin, lembah tersebut dipenuhi oleh air hujan yang mengalir dan turun dari pegunungan di Al-Khalil (Hebron) di bagian selatan Tepi Barat Sungai Jordan dan melewati lembah itu menuju Laut Tengah.

Abdullah Nweiri, warga yang berusia 25 tahun di daerah tersebut, mengatakan kehidupan penduduk di daerah Lembah Gaza telah berubah menjadi “neraka yang tak tertahankan”, akibat polusi selama bertahun-tahun belakangan.

“Kehidupan di sini tak tertahankan akibat bau tak sedap dan penyebaran penyakit yang menyerang anak-anak,” katanya dilansir dari Xinhua, Jumat (24/4).

Orang yang tinggal di sana adalah petani atau peternak, yang sejak dulu mengeluhkan kondisi hidup mereka yang buruk. Mereka tak bisa hidup di daerah lain dan dipaksa tetap tinggal di Lembah Gaza, yang dipandang sebagai salah satu daerah yang paling tercemar di dunia.

Mereka mengungkapkan kesulitan kehidupan mereka dan kebutuhan bagi campur-tangan secepatnya untuk menemukan penyelesaian cepat guna mengakhiri penderitaan mereka akibat pencemaran dan ancaman kesehatan.

Banyak ahli mengatakan daerah Lembah Gaza menyaksikan bencana lingkungan hidup yang bertambah akibat rekor penumpukan limbah cair dan limbah padat, yang memicu penyebaran penyakit dan wabah yang mengancam keselamatan rakyat di wilayah itu.

Satu studi laboratorium yang disiarkan pada 2014 oleh Universitas Al-Azhar di Jalur Gaza memperlihatkan persentase sangat tinggi bakteri tinja pada sampel air. Hasil dari analisis laboratorium tersebut juga memperlihatkan persentase kandungan oksigen rendah, yang tidak memenuhi kualitas untuk kegiatan apa pun.

Menurut warga setempat, Lembah Gaza dulu adalah sumber alam yang sangat penting buat Jalur Gaza. Banyak ahli mengatakan perubahan di daerah itu terjadi karena Israel menyita air wilayah tersebut.

Israel membangun beberapa bendungan pada 1970 sehingga menghalangi air mengalir ke aliran air di lembah itu. Pemompaan air limbah dan pembuangan sampah ke dalam lembah tersebut juga mengubah Lembah Gaza menjadi daerah yang menjijikkan.

Artikel ini ditulis oleh: