“Jadi ke depan tantangan penelitian di Patiayam dan Semananjung Muria adalah bagaimana para peneliti bisa mendalami penelitian juga dari kaca mata geologi gunung api,” ujar Sutikno.

Dengan perkiraan adanya potensi ditemukannya fosil-fosil fauna dan manusia purba di sekitar maar, menurut Sutikno, tantangan lainnya adalah lokasi penelitian akan meluas.

“Sehingga wilayah kerja arkeologinya tidak hanya di Patiayam, tetapi juga kawasan-kawasan lainnya di Semenanjung Muria,” pungkasnya.

Sementara itu Dekan FIK Universitas Kristen Satya Wacana Ferry Fredy Karwur berpendapat, saat ini masih terjadi gap yang cukup lebar antara pemahaman para ilmuwan dan masyarakat umum terkait pentingnya situs Patiayam.

Sebagai seorang ilmuwan di bidang biologi molekuler, ujar Ferry, kegiatan para arkeolog di situs Patiayam dapat memperkaya cabang ilmu yang lain.

Menurut Ferry, proses pembentukan lapisan tanah dan efeknya kepada makhluk hidup dapat memberikan konteks baru pada cabang ilmu yang lain.

“Kondisi ini peluang bagi situs Patiayam untuk menjadi bagian dari upaya untuk mempersempit gap tersebut,” ujar Ferry.

Terkait upaya pengembangan situs Patiayam secara berkelanjutan, menurut Ferry, model-model penataan ruang dalam pengelolaan kawasan harus dipikirkan secara serius.

Agar, tegas dia, kepentingan-kepentingan sosial masyarakat dan pelestarian situs Patiayam dapat berjalan secara beriringan dalam pengembangan kawasan.

Berdasarkan pengamatan Ferry, di kawasan Patiayam ada dua kegiatan ekonomi masyarakat yaitu masyarakat bekerja sebagai buruh pabrik di sekitar Kudus dan masih ada juga yang bertani di sekitar wilayah Patiayam.

Menurut dia, situs Patiayam berpotensi menjadi tempat pembelajaran lapangan bagi masyarakat. Sehingga di masa depan masyarakat di sekitar situs Patiayam juga berpotensi menjadi ilmuwan di bidang arkeologi, geologi dan vulkanologi.

Pada kesempatan tersebut Pemerintah Kabupaten Kudus juga berkomitmen untuk terus mendukung upaya-upaya pelestarian dan pengembangan situs Patiayam melalui kewenangan-kewenangan yang dimilikinya.

Upaya tersebut antara lain dengan konsisten menganggarkan dana untuk tali asih dan memberikan sertifikat bagi masyarakat yang menemukan fosil.

Selain itu, pemerintah daerah juga melakukan edukasi kepada masyarakat terkait pelestarian fosil di situs Patiayam.