Semarang, Aktual.com — Sebanyak 11 tokoh publik di Jawa Tengah dianugerahi “Prasidatama”, yakni penghargaan atas komitmen dan kepedulian terhadap pelestarian dan pengembangan bahasa.

“Masyarakat membutuhkan tokoh yang mumpuni di bidang bahasa dan sastra untuk dijadikan teladan,” kata Kepala Balai Bahasa Jateng Pardi Suratno usai penanugerahan “Prasidatama 2015” di Semarang, Sabtu (10/10) malam.

Prasidatama adalah penghargaan di bidang bahasa dan sastra yang diberikan oleh Balai Bahasa Jateng yang sudah berjalan sejak tiga tahun terakhir melalui proses penilaian dan seleksi yang cukup ketat.

Untuk membangun kebanggaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah, kata dia, Jateng telah memiliki tokoh-tokoh yang mampu berkontribusi dan berkomitmen.

Kesebelas tokoh penerima Prasidatama 2015, yakni Menristek Dikti Prof M Nasir (tokoh publik berbahasa Indonesia terbaik), Sekda Jateng Sri Puryono (tokoh publik berbahasa Jawa terbaik).

Kemudian, KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) sebagai budayawan peduli bahasa dan sastra, Bupati Pati Haryanto (pejabat berkomitmen terhadap bahasa dan sastra), dan Triyanto Tiwikromo (sastrawan Indonesia).

Kategori tokoh penggiat bahasa dan sastra Jawa diberikan kepada Prof Pudjo Sumedi, Hanindyawan (tokoh penggiat bahasa dan sastra Indonesia), Rini Tri Puspohardini yang berprofesi guru (sastrawan Jawa).

Dua tokoh Jateng juga mendapatkan penghargaan istimewa oleh Balai Bahasa Jateng sebagai tokoh pengabdi sastra yang diberikan kepada Prof Darmanto Jatman (guru besar Undip) dan NH Dini.

Selain tokoh, penghargaan diberikan juga diberikan kepada media massa yang dinilai memiliki perhatian besar terhadap bahasa dan sastra Jawa, yakni Harian Umum Solopos, koran lokal di Karesidenan Surakarta.

Menurut Gus Mus, sebagai salah satu tokoh penerima penghargaan Prasidatama 2015, bahasa merupakan produk budaya yang memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan masyarakat.

“Sebagai contoh bahasa di media sosial. Selama ini, banyak permasalahan muncul dikarenakan masalah kebahasaan,” kata Pengaruh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang, tersebut.

Gus Mus mengajak segenap pihak untuk memberikan keteladanan berbahasa karena cakupan wilayah kebahasaan sekarang sangat luas dan kompleks, bukan sekadar media konvensional, melainkan juga media sosial.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan