Padahal, kata dia, warga mancanegara seperti dari Hongaria dan Inggris yang sekarang mengikuti pendidikan di Institut Senin Indonesia (ISI) Surakarta tertarik belajar budaya asli Indonesia tersebut.
Oleh karena itu, Gaga yang sebelumnya memproduksi wayang suket untuk bisnis kini beralih memberikan pengetahuan untuk para siswa atau generasi muda agar lebih mencintai budaya Indonesia itu, yang makin langka.
“Saya mengadakan workshop ke sekolah-sekolah biasanya memainkan sebuah cerita legenda rakyat kepada para siswa SD dan SMP seperti Malin Kundang, Timun Mas, dan Roro Jonggrang. Hal ini, menjadi daya tarik sendiri bagi siswa,” kata Gaga mengaku produksi wayang suket dengan mengeluarkan biaya sendiri.
Menurut Gaga pada wayang suket tersebut tidak ada tokoh seperti pada pewayangan kulit dalam pertunjukan, tetapi hanya empat ada karakter yakni laki-laki gagah pemberani, laki-laki harus, perempuan dan anak-anak.
Selain itu, kata dia, dalam pertunjukan wayang suket dibantu komunitasnya seperti visual latar belakang dekorasi dari rumput dan musik yang menambah tampilan menjadi menarik dan indah.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid