“Seluruh gejala seismik masih normal. Kami akan terus melakukan pemantauan 24 jam sehari. Jika ada perubahan gejala seismik, maka akan kami informasikan segera ke masyarakat. Letusan vulkanis biasanya disertai dengan gejala seismik maupun deformasi,” katanya.

Meskipun letusan freatik masuk dalam kategori letusan yang tidak berbahaya, namun Hanik mengingatkan masyarakat untuk tidak beraktivitas dalam radius dua kilometer dari puncak, salah satunya aktivitas pendakian.

“Sejak terjadi letusan freatik pada 11 Mei, Gunung Merapi ditutup untuk pendakian. Kami baru akan mendiskusikan rencana pembukaan kembali tetapi terjadi erupsi freatik. Kami akan diskusikan lagi bagaimana sebaiknya,” imbuhnya.

Salah satu bahaya yang harus diantisipasi dari letusan freatik adalah abu vulkanik yang bisa mengganggu pernafasan sehingga masyarakat perlu menggunakan masker maupun kacamata saat beraktivitas di luar ruangan.

“Pada letusan freatik yang terjadi pukul 01.25 WIB sebaran abu mengarah ke barat dan barat daya sedangkan pada letusan pukul 09.38 WIB, sebaran abu lebih banyak mengarah ke selatan,” ucapnya.

Ant

(Wisnu)