Jakarta, Aktual.com – Seniman grafiti Jepang “281 Antinuke” menyatakan bahwa seni jalanan terakhirnya berupa stiker, yang terpampang di pusat kota Tokyo, bermuatan politik, yang ditujukan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Di tengah tempat kehidupan malam ramai di Shibuya, pusat perbelanjaan dan hiburan terbesar di Tokyo, seniman tersebut menempelkan beberapa stiker di tiang listrik dan dinding terkait masalah sosial untuk menarik perhatian pengguna jalan.
Ulah terbarunya itu menanggapi kata bermasalah Trump terhadap perempuan dan kelompok kecil selama masa kampanye pada 2016.
Beberapa stiker itu menggambarkan tokoh menyerupai Presiden AS tersebut di antara tokoh berjubah putih, yang menjadi lambang anggota kelompok supremasi putih Ku Klux Klan, kata seniman grafiti itu saat diwawancarai TV Reuters baru-baru ini.
“Karya seni saya menghasilkan kekhawatiran atas yang mungkin terjadi bagi Jepang karena ada pemimpin mengerikan,” kata 281 Antinuke (28/1).
“Trump berkata mengenai supremasi kulit putih, yang lebih banyak daripada Amerika Serikat yang utama,” katanya.
Dengan menggunakan kacamata dan masker, 281 Antinuke yang menolak menyebutkan nama atau membuka wajahnya itu menyatakan bahwa dia khawatir ada tindakan balasan atas pandangan politiknya yang terkandung dalam karya seninya.
Graffiti juga bisa dituntut dengan hukuman berat dan menimbulkan ketidaksetujuan masyarakat Jepang.
Beberapa karya seni 281 Antinuke sebelumnya mengkritik penggunaan energi nuklir yang terinspirasi oleh bencana gempa bumi dan tsunami yang menyebabkan kebocoran di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.
Seniman itu mengatakan lebih banyak stiker bermuatan politis selain karya seni yang mengkritik Perdana Menteri Shinzo Abe.
Di jalanan Shibuya yang sibuk, orang-orang berhenti untuk melihat stiker anti-Trump.
“Kesan pertama saya adalah mereka sangat sulit dimengerti, tapi setelah itu, saya bisa mengerti kaitannya. Ini bentuk karya seni sangat ekspresif,” kata Manato Kato, warga Tokyo. (ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara