Jakarta, Aktual.com – Sebuah video yang mengisahkan cerita haru Kuromiya (89 tahun), seorang Amerika-Jepang yang menghabiskan masa kecilnya di sebuah peternakan ayam di Riverside, California.

Dalam video itu, Kuromiya duduk di kursi, dengan selendang menutupi tubuhnya yang mungil, Kuromiya berbicara tentang hari yang menentukan pada tahun 1942 ketika para pejabat pemerintah mengambil (menculik) ayahnya.

Dia dan seluruh keluarganya kemudian diberikan tanda dan nomor, katanya. Kemudian mereka ditempatkan di kereta api, yang mengantarkan Kuromiya ke sebuah kamp interniran (tahanan) dimana temat dia melalui masa remajanya.

“Kami harus meninggalkan bisnis kami, rumah kami dan harta kami dan bahkan hewan peliharaan kami,” katanya. “Hak-hak konstitusional kami dicabut dari kami. Semuanya dimulai dengan rasa takut dan rumor, maka itu berkembang menjadi pendataan orang (Jepang Amerika)”

Sejenak dalam adegan video itu, Kuromiya yang duduk di atas kursi berhenti berbicara, Selama beberapa detik, ia menatap langsung ke kamera. Dia melepas kacamatanya dan wignya (rambut palsu). Suasan hening kecuali suara piano.

Lalu ia perlahan-lahan melepas kulit dari topeng palsunya, dan seorang perempuan muda dengan rambut hitam dan mata gelap tersingkap dari topeng itu berkata “Jangan biarkan sejarah terulang,” katanya.

Vidio layanan masyarakat yang berdurasi hampir tiga menit itu diproduksi oleh penyanyi Katy Perry yang juga seorang pendukung Hillary Clinton. Katy menentang sikap Donald Trump. Dia melihat kesamaan peristiwa antara penahanan 120.000 orang Amerika Jepang selama Perang Dunia II dengan retorika anti-Muslim oleh Presiden terpilih Donald Trump.

Adapun yang memerankan sebagai Kuromiya yaitu aktris muda bernama Hina Khan, seorang aktris Muslim keturunan Pakistan yang berbasis di Los Angeles.

Direktur PSA, pembuat film berbasis di Los Angeles, Aya Tanimura dan Tim Nackashi, mengatakan mereka ingin menunjukkan kesamaan perihal yang menakutkan antara kamp interniran dan pernyataan anti-Muslim yang disuarakan oleh Donald Trump.

SebelumnyaTrump telah mengusulkan ‘penutupan total’ bagi Muslim untuk memasuki Amerika Serikat. Namun rencana itu dikritik oleh Partai Republik dan Demokrat, alhasil dalam kampanye Trump diubah dengan bahasa menangguhkan pendatang dari negara terindikasi perkembangan terorisme.

Tapi pada bulan 2015, Trum telah berbicara kepada media tentang kemungkinan untuk menciptakan database Muslim di Amerika Serikat.

Pada November 2015, misalnya, NBC News bertanya kepadanya tentang masalah pendataan muslim di AS, Trump mengatakan ia pasti akan menerapkan database Muslim di negara itu.

“Harus ada banyak sistem, di luar database. Kita harus memiliki banyak sistem, “katanya kepada NBC News.

Ditanya apakah Muslim akan diperlukan untuk masuk ke database, katanya, “Mereka harus -. Mereka harus”

Tak lama kemudian, Trump membantah laporan bahwa ia telah mendukung gagasan untuk menciptakan database bagi umat Islam.

Pada bulan Desember 2016 keluar rilis yang menyatakan Presiden terpilih Trump tidak pernah menganjurkan untuk melacak individu berdasarkan agama mereka.

Kemudian pilihan presiden terpilih untuk Jaksa Agung, direktur CIA dan penasihat keamanan nasional juga menimbulkan kekhawatiran di antara kelompok-kelompok hak-hak sipil Muslim dan pejabat pemerintah saat ini. Hal ini memperkuat persepsi bahwa Amerika Serikat sedang berperang dengan Islam, demikian dari pemberitaan The Washington Post Joby Warrick dan Abigail Hauslohner menulis.

Mengenai pembuatan video PSA, Tanimura mengatakan bahwa video itu secara harfiah terhubung secara paralel antara masa lalu dan sekarang dengan memiliki orang yang sama menceritakan kisah yang sama dari periode waktu yang berbeda.

 

Laporan: Dadang Sah

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta