Kalau gempa besar terjadi dan air laut terdeteksi surut, sirine akan otomatis berbunyi untuk memperingatkan warga supaya segera meninggalkan pesisir pantai dan mencari tempat yang lebih tinggi untuk berlindung dari terjangan tsunami.

Satu kali setahun, sirine itu dibunyikan dalam simulasi tanggap bencana yang melibatkan seluruh warga, termasuk anak-anak sekolah.

Erman mengimbau warga meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko bencana, serta mempelajari cara evakuasi mandiri saat gempa atau bencana lain terjadi.

“Jangan menunggu peringatan dari pihak manapun. Kalau gempanya terasa keras, langsung evakuasi mandiri ke daerah yang masuk zona hijau. Atau cari bangunan terdekat yang berfungsi sebagai ‘shelter’,” katanya.

Sumatera Barat termasuk wilayah rawan bencana, berisiko menghadapi ancaman bencana seperti gempa, tsunami, letusan gunung api, hingga angin puting beliung.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid