Jakarta, Aktual.com — Limbah dari pengolahan Crude Pam Oil (CPO) kelapa sawit yang diolah menjadi pupuk organik teruji dapat meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 50 persen, ketimbang mengunakan pupuk kimia.

“Kami sudah membuktikan terjadi peningkatan produksi TBS mengunakan pupuk organik sampai 17 ton-hektar, sementara pada batang sawit yang mengunakan pupuk kimia itu berproduksi 5-9 ton-hektar,” kata pimpinan perkebunan PT Karya Tanah Subur (KTS) Astra Agro Lestari Tbk Prihadi di Meulaboh, Sabtu (25/7).

Karena itu Prihadi menyebutkan, ada sekitar 1.500 hektar dari luas area 4.900 hektar HGU kebun kelapa sawit perusahaannya sudah dialihkan pengunaan pupuk dari kimia ke pupuk organik dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit.

Selain berdampak pada peningkatan produksi TBS, metode pemanfaatan limbah tersebut juga dapat menekan tingginya biaya pengeluaran perusahaan untuk pengadaan pupuk kimia seperti tahun-tahun sebelumnya.

Strategi pengolahan limbah kelapa sawit tersebut dengan catatan harus memenuhi persyaratan standar Biological Oxygen Demand (Bod) yakni dibawah normal 5.000 ppm sehingga tidak merusak tanaman.

“Bila proses pengolahan limbah sawit diatas normal Bod maka juga akan berbahaya bagi tanaman. Namun perlu diingat untuk proses pemupukan juga harus teratur dilakukan minimal 10 hari satu kali,” kata dia.

Untuk mengatur alur pemupukan juga harus diperbantukan dengan peralatan mesin, karena sulit mencapai hasil produksi lebih baik apabila mengunakan cara manual sebab proses kesuburan tanah juga tergantung tumbuhan sekeliling pohon sawit.

Prihadi menjelaskan, untuk pohon sawit berusia lebih 10 tahun maka produktivitas TBS semakin tinggi bisa mencapai 30-50 ton-hektar, sementara untuk usia masih rata-rata empat tahunan berproduksi 17-20 ton-hektar.

Strategi tersebut merupakan salah satu upaya peningkatan produksi CPO perusahaan perkebunan di Aceh Barat ini karena produksi TBS masyarakat yang selama dibeli kemudian diolah semakin hari kian menurun.

“Kita mengolah CPO untuk ekspor itu 80 persen adalah produksi sawitnya masyarakat petani, hanya 20 persen punya perusahaan. Jadi kalau produksi kebun masyarakat terus menurun maka kita harus siapkan strategi peningkatan produksi kebun sendiri untuk memenuhi kebutuhan,” kata dia.

Kata dia, apabila pihak analisis dampak lingkungan amdal mengizinkan pemanfaatan limbah itu secara keseluruhan untuk perusahaan maka akan dimanfaatkan untuk mengejar target peningkatan produksi TBS.

Karena itu Prihadi menyesalkan apabila ada pihak-pihak yang menyatakan perkebunan kelapa sawit itu membuang limbah apalagi ke sungai sampai merusak biota, karena selama ini dimanfaatkan sebagai pupuk andalan perusahaan.

Selain itu juga, setiap per enam bulan satu kali dilakukan pemeriksaan sumur pantau dikawasan perkebunan yang disediakan sekitar sembilan unit, sehingga untuk kadar limbah diperkebunan sudah terkelola dengan baik.

“Untuk kebun plasma masyarakat juga kalau berkesempatan akan diberikan pupuk organik karena itu kita tidak membuangnya. Kawasan pengaliran pupuk ini masih dalam area kebun inti belum lagi ke jalur parit jauh,” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu