Sejumlah prajurit TNI AD melakukan pembersihan eceng gondok untuk mengurangi pendangkalan di Danau Rawa Pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (13/12). Kegiatan bersih danau dalam rangka peringatan Hari Juang Kartika Ke-71 tersebut antara lain bertujuan untuk mengembalikan fungsi utama rawa sebagai pengendali banjir dan sumber irigasi pertanian. ANTARA FOTO/Aji Styawan/tom/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Gadis Sri Haryati megnungkapkan bahwa kemunculan bunga eceng gondok yang viral di dalam sebuah kolam di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, membuka mata masyarakat bahwa tumbuhan air tersebut memiliki potensi ekonomi salah satunya ekowisata.

“Awal mulanya eceng gondok itu tumbuhan air yang punya keindahan, karena bunganya yang indah,” katanya, Kamis (4/7).

Gadis menjelaskan awal mula ditemukan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dijadikan sebagai tanaman hias karena memiliki bunga yang indah. Tetapi jarang sekali eceng gondok bisa berbunga secara banyak seperti yang sedang viral di Cirebon dan beberapa daerah lainnya.

“Biasanya berbunga satu atau dua sehingga tidak terlalu jelas terlihat keindahannya dan tidak terlalu signifikan,” kata peneliti Limnologi ini.

Menurut Gadis, eceng gondok bisa berbunga lebih dari satu kali dan warna bunganya dominan ungu. Berdasarkan literatur yang ada menyatakan Eceng gondok berbunga antara bulan Mei-September untuk wilayah temperate. Sedangkan untuk wilayah tropis sepanjang tahun.

Artikel ini ditulis oleh: