Jakarta, Aktual.com — Peneliti ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho mengingatkan percepatan realisasi anggaran di akhir tahun tetap harus bertumpu pada sektor pemicu produktivitas ekonomi, bukan hanya menjadi kamuflase untuk mengejar target penyerapan.

“Kelesuan perekonomian masih membayangi sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah jangan menghabiskan anggaran untuk program-program konsumtif,” kata Agus di Jakarta, Senin (9/11).

“Jangan karena sudah di akhir tahun, akhirnya anggaran habis untuk perjalanan dinas, pembangunan gedung dan lainnya, tapi program dilupakan,” kata dia.

Bagaimanapun, ujarnya, anggaran yang digunakan pemerintah, sebagian besar berasal dari uang rakyat yang diinvestasikan ke pemerintah melalui pembayaran pajak. Hasil investasi itu adalah pembangunan dan manfaat ekonomi yang bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir.

Kementerian Keuangan mengungkapkan, hingga akhir Oktober 2015, realisasi belanja negara dari APBN-P 2015 masih didominasi oleh belanja pegawai dengan porsi 80 persen. Sementara belanja barang modal terpaut jauh, dengan persentase 39 persen.

Terkait efektivitas realisasi anggaran, Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani mengatakan pihaknya telah menyiapkan mekanisme untuk mengantisipasi penyerapan anggaran yang nirfungsi.

Menurut dia, sejak beberapa waktu terakhir, otoritas fiskal telah menolak beberapa Kementerian dan Lembaga yang mengajukan realokasi anggaran dari belanja program ke belanja pegawai.

“Yang dilihat ‘output’nya, bukan hanya penyerapannya. Kita tidak mau K/L habiskan anggaran untuk belanja konsumtif,” ujarnya.

Melihat dari realisasi APBN-P hingga akhir Oktober 2015, realisasi belanja Rp1.408 triliun, sementara realisasi pendapatan negara sebesar Rp1.109 triliun.

Pemerintah mengakui sulit untuk menumbuhkan ekonomi sesuai dengan perkiraan semula di 5,7 persen. Hingga kuartal III, perekonomian tumbuh 4,7 persen di kuartal I, 4,67 persen di kuartal II, dan 4,73 persen di kuartal III.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu