Anggota DPR Fraksi PDIP Dapil Papua Jemmie Demianus Ijie (kanan) dan Peneliti LIPI Siti Zuhro (kiri) berbicara dalam diskusi publik, di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (20/2). Dalam diskusi yang bertajuk "Pemekaran Papua Menjadi Solusi atau Petaka?", mereka berpaandangan bahwa pemekaran dua Propinsi yang sudah ada di Papua yaitu Papua dan Papua Barat, dengan ditambah dengan Provinsi Papua Selata, Papua Tengah dan Papua Barat Daya, akan membuat penataan dan pemerataan pembanguan ekonomi dan Sumber Daya Manusia lebih konstruktif dan efektif, namun harus melalui kajian dan aturan untuk memayungi pelaksanaannya agar tidak menjadi sekadar memuasakan kepentingan kelompok elit saja. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai pemilih milenial menjadi magnet bagi para politisi khusus calon anggota legislatif (caleg) untuk menggaet suara dari kalangan tersebut.

“Kalangan milenial dianggap ‘seksi’ karena jumlahnya sekitar 60 juta suara,” kata Siti usai menghadiri deklarasi “Perkumpulan Swing Voters” di Jakarta, Minggu (21/10).

Hal itu menurut dia membuat para politisi memposisikan dirinya sebagai anak muda atau milenial demi menggaet suara yang jumlahnya signifikan tersebut.

Karena itu, dia menilai para politisi tersebut dipikirannya memenangkan kontestasi lalu menganalogikan dirinya sebagai milenial dan berusaha semaksimal mungkin menjadi milenial.

“Hal itu tidak masalah asalkan dalam koridor yang benar dan tidak melampaui batas,” ujarnya.

Siti mengingatkan bahwa kaum milenial memiliki preferensi sendiri dalam menentukan pilihan politiknya dan tidak bisa disamakan dengan kriteria kalangan di luar mereka.

Dia mencontohkan dirinya yang sudah berusia 60 tahun cenderung memilih kandidat yang kalem dan tidak akan memilih yang “cengengesan”.

“Orang yang sudah mapan cenderung memilih kandidat yang mampu atau tidak eksekusi sebuah kebijakan dan memberikan ketudahan,” ucapnya.

antara

Artikel ini ditulis oleh:

Antara