Predator politik yang disebut Wahyudi adalah mereka yang berani menghalalkan apa saja untuk memenangkan kontestasi politik. Tipe seperti ini tak memikirkan dampak perpecahan yang dibuat oleh cara yang dia ambil.
Mediatisasi agama dilakukan oleh banyak pihak hal itu akan lebih berbahaya lagi jika sampai ke tangan “buzzer” politik.
Kondisi tersebut menciptakan polarisasi di masyarakat. Adanya algoritma di sosial media yang membuat seseorang hanya melihat apa yang dia sukai saja semakin membawa kondisi ini lebih jauh menjadi fragmentasi-fragmentasi baru.
“Secara ekonomi algoritma ini menguntungkan untuk membaca pasar. Tapi itu bahaya ketika masuk ke sentimen politik elektoral. Akhirnya algoritma ini sulit dipecah kecuali oleh pembuatnya,” ucap dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid