Jakarta, Aktual.com — Tarif Listrik yang mahal di Indonesia tidak hanya dikeluhkan oleh masyarakat pada umumnya, namun pihak industri di tanah air turut serta merasa terbebani oleh kebijakan pemerintahan Jokowi-JK.
Ketua Asosiasi Pertesktilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengatakan kebijakan pemerintah tidak cerdas dan hanya mau yang instan saja.
“Memang pemerintah butuh uang, tapikan ngambilnya dari dalam negeri, ini yang salah, menurut saya kebijakan energi harganya diturunkan supaya terjadi multiplier efek dari pajak, supaya industrinya tumbuh biar pemerintah ngambilnya dari pajak, bukan dari energi, ini kurang cerdik dan cerdas,” katanya kepada Aktual.com di Jakarta, Kamis (18/2).
Dia memaparkan bahwa tarif listrik industri di Indonesia dikenakan 11 sen dollar Per kWh, sedangkan perbandingan di Vietnam hanya 6 sen dollar per kWh
“Berarti selisih 5 sen dollar, sedangkan pemakaian kita ratusan ribu kWh perbulan bahkan ada yang jutaan kWh per bulan sehingga ada satu orang yang bayarnya listrik hingga Rp7 miliar perbulan,” keluhnya.
Oleh sebab itu, produk Indonesia kalah bersaing dengan produk luar negeri karena produk luar harganya lebih murah dibanding produk lokal.
Melihat perkembangan tersebut dia merasa kebijakan pemerintah tidak mendukung sektor industri nasional dalam berbagai persaingan global termasuk persaingan dalam pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN.
“Ini terbukti dari data BPS Impor konsumsi lebih tinggi dibanding impor bahan baku, karena konsumsi atau pemakaian produk luar meningkat disebabkan harganya lebih sesuai,”pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan