Bandung, Aktual.com – Hari-hari menjelang pemungutan suara dalam Pilkada Jawa Barat 2018 tampaknya tidak membuat persaingan di antara seluruh pasangan calon kendor. Ibarat garis finis, seluruh calon justru saling berkejaran dalam hal elektabilitas.
Lembaga Kajian Politik Sosial (LKPS) Masyarakat Jawa memiliki catatan tersendiri terkait hal ini. Berdasarkan hasil survei yang dilakukannya pada beberapa waktu lalu, pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu berada di atas angin dengan perolehan 34,64%.
“Paslon nomor urut 3, yaitu ‘Asyik’ memperoleh eletabilitas sebesar 34,64%,” kata Direktur Eksekutif LKPS Masyarakat Jawa, Tubagus Alvin dalam siaran persnya, Sabtu (23/6).
Kemudian elektabilitas posisi kedua diperoleh pasangan nomor urut 4 yakni pasangan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi dengan 29,77%. Selanjutnya disusul oleh paslon nomor urut 1 yakni Ridwan Kamil dan Uu Ruhzanul Ulum dengan perolehan 28,81%.
Elektabilitas keempat diisi oleh pasalon yang diusung oleh PDI Perjuangan yakni TB Hasanuddin dan Anton Charliyan. Sayangnya, dari hasil survei tersebut pasangan ini memperoleh persentase paling rendah yakni 4,1 persen saja.
Selanjutnya dalam survei tersebut, Alvin menyebutkan bahwa pihaknya juga menanyakan alasan mengapa mereka memilih paslon tersebut. Untuk paslon nomor urut 3, mayoritas pemilih melihat tiga faktor utama.
“Faktor pertama yaitu ketegasan. Responden menilai dari seluruh paslon di Pilgub Jawa Barat, paslon Asyik dinilai memiliki ketegasan yang dapat memimpin Jabar,” terang Alvin.
“Faktor selanjutnya adalah menyoal limpahan suara dari pendukung Prabowo yang banyak di Jawa Barat. Hampir selur pendukung Prabowo di Jawa Barat juga turut mendukung ASYIK,” lanjutnya.
Kemudian faktor ketiga disampaikan Alvin adalah kinerja maksimal dari mesin politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang ikut mengusung pasangan tersebut juga menjadi pemicu mengapa paslon ini memiliki elektabilitas yang sangat tinggi.
“Faktor ketiga adalah faktor mesin partai PKS yang tidak dapat dipungkiri banyak merauk suara di wilayah Jawa Barat,” terangnya lagi.
Lantas apa yang menjadi alasan mengapa elektabilitas paslon nomor urut 4 juga tinggi. Alasan yang didapati adalah karena kesantunan pasangan yang diusung oleh Demokrat dan Golkar. Bahkan dengan perolehan tingkat elektabilitasnya itu, LKPS Masyarakat Jawa menyebut Paslon 2DM tersebut adalah pesaing ketat pasangan Asyik.
“Pesaing ketatnya adalah paslon 2DM. Tingginya elektabilitas dari paslon ini tidak terlepas dari perawakan Cagub dan Cawagub yang terkenal santun,” tutur Alvin.
“Selain itu elektabilitas dari paslon didukung oleh pandangan masyarakat yang melihat calon gubernur dari paslon ini kerap dikenal oleh masyarakat sebagai sosok yang religius,” tambahnya.
Sementara itu untuk pasangan calon nomor urut 1 yakni Ridwan Kamil dan Uu, LKSP Masyarakat Jawa menemukan alasan meskipun kinerja eks Walikota Bandung yakni Ridwan Kamil bagus, namun banyak pekerjaan yang ternyata dianggap belum bisa dituntaskan oleh pria yang memiliki profesi awal sebagai arsitek itu.
“Sebagai seorang cagub, Ridwan Kamil dinilai sebagian responden pemilihnya telah mampu mem-branding Bandung menjadi kota yang layak huni. Namun banyak dari responden juga menuturkan bahwa paslon ini dinilai belum waktunya untuk memimpin Jawa Barat, dikarenakan banyak PR Ridwan Kamil yang belum selesai di Bandung,” jelas Alvin.
Terakhir untuk alasan mengapa elektabilitas pasangan Hasanah mendapatkan elektabilitas yang rendah, Alvin menyebutkan itu berasal dari track record Cawagubnya yang dinilai memiliki persoalan yang masing membekas di kalangan masyarakat Jawa Barat, khususnya ketika Anton Charliyan menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat.
“Banyak dilatarbelakangi oleh sikap cawagubnya yang dinilai masyarakat Jabar cukup arogan saat menjadi Kapolda di Jawa Barat. Seperti yang sempat mencuat di media berita mengenai bentrokan massa FPI dengan Ormas binaan dari Anton Carliyan (GMBI -red),” tutupnya.
Perlu diketahui, bahwa survei elektabilitas yang dilakukan oleh LKPS Masyarakat Jawa dilaksanakan selama 10 hari yakni sejak tanggal 12 hingga 21 Juni 2018. Margin of Error (MoE) yang digunakan dalam survey ini sebesar 2,8% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Dengan jumlah Data Pemilih Tetap (DPT) di Jawa Barat 31.735.133 pemilih, namun LKPS Masyarakat Jawa menetapkan jumlah responden sebanyak 1.128 pemilih. Sedangkan tehnik pengumpulan data menggunakan purposive random sampling.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan