Jakarta, Aktual.com — Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 16-17 Maret ini akan menentukan kebijakan suku bunga acuan BI (BI Rate) ke depanya, ditahan atau kembali diturunkan.
Namun sebelum itu, pihak Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) meminta BI agar mencermati terlebih dahulu dampak penurunan BI Rate dan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer pada bulan lalu terhadap kondisi sektor riil.
“Sebelumnya BI Rate sudah diturunkan menjadi 7 persen dan penurunan GWM (Primer) menjadi menjadi 6,5 persen. Untuk itu sebelum diputuskan, BI lihat dulu dampak yang dirasakan oleh sektor riil,” tutur Kepala Eksekutif LPS, Fauzi Ichsan di Jakarta, Rabu (16/3).
Menurutnya, jika BI Rate dan GWM Primer diturunkan secara agresif, justru akan berdampak negatif pada industri perbankan yang saat ini masih mengalami kelebihan likuiditas.
“Risiko nantinya, likuiditas itu bisa tidak terserap oleh sektor riil,” tegas Fauzi.
Sehingga, lanjut Fauzi, ekses likuiditas tersebut bisa menjadi dana menganggur dan berpotensi dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat spekulatif. “Kondisi seperti itu yang seharusnya dihindari,” sarannya.
Apalagi memang, sebagian kalangan berharap agar BI tidak menurunkan terlebih dahulu besaran BI Rate-nya.
“Yang terpenting saat ini ya cermati dahulu dampak yang dirasakan sektor riil dan perbankan, akibat kebijakan moneter di bulan lalu,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan