Pertanyaannya: Why? Mengapa 10 Tahun Jokowi (2014-2024) melahirkan kombinasi 3 Rapor Biru, 1 Rapor Merah dan 3 Rapor Netral?

Ini tiga alasan utama, mengapa 10 tahun kepemimpinan Jokowi pada 2014-2024 berbuah 3 rapor biru (PDB, Indeks Kebebasan Ekonomi, Indeks Kemajuan Sosial), 1 rapor merah (Indeks Demokrasi), dan 3 rapor netral (Indeks Kebahagiaan, Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Korupsi).

Alasan pertama: Fokus Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi

Sejak awal kepemimpinannya, Jokowi telah menetapkan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas utama.

Ia menyadari bahwa ekonomi yang kuat memerlukan fondasi infrastruktur yang tangguh, sehingga ia menggagas proyek-proyek besar seperti jalan tol, pelabuhan, dan bandara. Upaya ini berdampak langsung pada:

PDB: Pertumbuhan ekonomi Indonesia mendapat dorongan dari meningkatnya konektivitas dan efisiensi transportasi.

Dengan pembangunan infrastruktur yang signifikan, logistik nasional mengalami peningkatan efisiensi, yang pada gilirannya mendorong aktivitas ekonomi.

Indeks Kebebasan Ekonomi: Pemerintah Jokowi memperkenalkan deregulasi besar-besaran serta reformasi untuk mempermudah investasi, seperti Omnibus Law dan penyederhanaan perizinan.

Kebijakan ini membuat Indonesia lebih kompetitif di pasar global, meningkatkan peringkat Kebebasan Ekonomi.

Indeks Kemajuan Sosial: Infrastruktur yang lebih baik juga memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan fasilitas publik lainnya.

Pembangunan ini berdampak positif pada standar hidup masyarakat, terutama di daerah terpencil.

Namun, prioritas tinggi pada infrastruktur dan ekonomi ini mengorbankan beberapa aspek lainnya, seperti isu lingkungan hidup dan politik oposisi, yang berperan dalam penurunan skor Indeks Demokrasi.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano