Dari kanan ke kiri, Politisi PDIP Ahmad Basarah, Ketua Departemen Politik dan Hubungan International CSIS Vidhyandika Perkasa, Direktur Eksekutif CSIS Philips J Vermonte, Peneliti CSIS Arya Vernandes dan Politisi Partai Golkar Nurul Arifin saat menjadi pembicara rilis hadil survei dua tahun pemerintahan Jokowi-JK dan Konsolidasi Kekuasaan serta Dinamika Elektoral di Jakarta, Selasa (13/9). Masyarakat berpendidikan tinggi dinilai banyak yang tak puas dengan kinerja pemerintah Joko Widodo - Jusuf Kalla. Secara umum, tingkat ketidakpuasan masyarakat sebesar 32,8 persen. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Lebih dari 2.000 siswa SMA mengikuti pendidikan Pancasila untuk pemilih pemula di Universitas Terbuka Tangerang Selatan, Kamis (16/8). Hal itu dilakukan sehari menjelang proklamasi kemerdekaan, rakor dunia untuk pendidikan politik.

Rekor itu dipecahkan oleh LSI Denny JA yang bekerja sama dengan Komunitas Bela Indonesia. Sebelumnya, rekor dunia pendidikan politik dipegang oleh sebuah sekolah di Amerika Serkat, Grassfield High School, dengan peserta 714 orang, di tahun 2015.

Sedangkan pelatihan Pancasila untuk pemilih pemula ini berjumlah lebih dari 2.000 siswa. Menurut Denny JA pendidikan politik Pancasila perlu digairahkan kembali. “Saya mengapresiasi pecahnya rekor dunia, tapi ada yang lebih penting lagi yang ingin kami capai. Bersama team KBI (Komunitas Bela Indonesia), kami akan melatih 1.000 juru bicara Pancasila dan gagasan kebangsaan di seluruh provinsi Indonesia,” ujar Denny.

Menurut Denny, berdasarkan survei LSI Denny JA, Agustus 2018, pendukung Pancasila terus menurun. Sejak diukur tahun 2005, hingga 2018, 13 tahun kemudian, pendukung Pancasila menurun 10 persen, dari 85.2 persen (2005) menjadi 75.3 persen (2018).

“Trend menurun ini terjadi permanen. Pada waktunya jika tak ada counter culture, pendukung Pancasila bisa ke angka di bawah 50 persen. Dengan sedikit manuver politik dan krisis ekonomi, eksistensi NKRI dipertaruhkan,” sambungnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara