Jakarta, Aktual.com

Elektabilitas Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kian merosot pasca dirinya tersandung kasus dugaan penistaan agama. Terkait pernyataannya yang menyinggung Surat Al-Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu.

Bahkan, ucapannya yang memantik amarah jutaan ummat muslim se-Indonesia yang berujung aksi Bela Islam II atau aksi 411 di Istana Negara untuk menuntut adanya proses hukum bagi gubernur non-aktif DKI Jakarta itu pun berpengaruh kuat terhadap pertimbangan calon pemilih.

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfarabi, mengatakan survei pilkada kali ini cukup menarik dikarenakan ada masalah yang cukup menyita perhatian. Baik nasional maupun internasional, yakni kasus penistaan agama terkait salah satu diantara ketiga pasang cagub. Bahkan memicu aksi hingga dua kali.

Pasca mencuatnya kasus tersebut, elektabilitas pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat (Djarot) kini tinggal menunggu nasib.

Dalam hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI), elektabilitas pasangan Ahok-Djarot pada bulan November 2016 saat ini sudah dibawah 30 persen, terjun bebas diangka 24,6 persen.

“Dari temuan survei pada bulan November cenderung terus merosot diangka 24,6 %. Dalam sebulan survei Ahok turun hingga 6,8% saat jalannya kampanye,” ujar Adjie saat jumpa pers di Graha Dua Rajawali, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (10/11).

Elektabilitas Ahok turun 6,8 persen dari survei yang sama di bulan Oktober 2016 yakni 31,4 persen. Dan turun 34,7 persen jika dibanding survei bulan Maret 2016 diangka 59,3 persen.

“Bahkan semua calon tidak sampai 20%. Jadi sangat kuat dan perkasa Ahok-Djarot di bulan Maret 2016. Tapi kini, tiga kandidat bersaing ketat dalam margin error,” ungkap Adjie.

Dalam margin of error suver yang dicatat LSI, tiga kandidat kini bersaing ketat di posisi yang hampir sama.

Elektabilitas pasangan Ahok-Djarot berada diangka 24,6 persen, Agus-Sylvi diangka 20,9 persen, dan Anies-Sandi diangka 20 persen. Selebihnya, yang belum memutuskan sebanyak 34,5 persen.

“Suara incumbent sudah berbeda di margin error. Padahal (Ahok-Djarot) di Maret sangat perkasa. Justru, swing voter lebih tinggi dari semua calon,” katanya.

Dari hasil survei yang dilakukan per 31 Oktober 2016 hingga 5 November 2016, LSI menyimpulkan,  pasangan Ahok-Djarot unggul di kalangan pemilih laki-laki diangka 24,5 persen. Agus-Sylvi unggul di pemilih perempuan diangka 24,1 persen.

“Di segmen agama, cagub Agus dan Anies unggul di pemilih muslim, sedangkan Ahok unggul di non muslim,”

“Agus di 23,20 persen, Ahok 18,8 persen, Anies 22,5 persen, belum memutuskan 35,5 persen. Untuk non muslim, Agus 5 persen, Ahok 80,6 persen dan Anies 2 persen. Belum memutuskan hanya 13 persen. Ahok cenderung turun di pemilih muslim,” jelas Adjie.

Tak dapat dipungkiri bahwa kasus penistaan agama sangat amat berpengaruh bagi merosotnya suara Ahok.

“Efek surat Al-Maidah blunder bagi Ahok, karena ada pengaruh kasus tersebut dengan turunnya suara Ahok,” terangnya.

Lebih jauh mengenai data survei, lanjut Adjie, diatas 85 persen pemilih DKI mengetahui kasus Ahok terkait surat Al-Maidah 51. Diantaranya, 89,3 pernah mendengar dan diatas 70 persen menyatakan Ahok bersalah.

“Di semua segmen gender (laki-laki dan perempuan) menilai Ahok salah. Kalangan muslim diatas 75 persen salahkan Ahok. Berpendapat tidak salah 8,4 persen,”

“Di kalangan non muslim 21,20 persen menyatakan Ahok salah. Beranggapan tidak salah 33,4 persen. Tetapi mayoritas non muslim tidak ingin bersikap terhadap kasus Ahok,” papar Adjie.

Secara menyeluruh, diatas 60 persen responden menyatakan bahwa pernyataan Ahok soal Al Maidah 51 adalah sebuah bentuk penistaan agama. 60 persennya, meminta Ahok diproses secara hukum.

“Lalu, tamatkah Ahok ?,” ucap Adjie.

Adjie kemudian menjelaskan, ada tiga faktor yang bisa menyelamatkan Ahok dari jurang kontestasi Pilkada DKI. Pertama, strategi Ahok merebut kembali pemilih muslim. Karena kasus penistaan agama sangat di persepsikan negatif oleh pemilih muslim.

“Maka strategi Ahok merebut pemilih muslim harus tinggi,” katanya.

Kedua, tambah Adjie, tergantung status hukum Ahok pasca proses penyidikan dan penyelidikan di Bareskrim Mabel Polri atas kasus penistaan agama. Jika tersangka, maka peluang Ahok akan semakin kecil.

“Ketiga, bagaimana gerakan pesaing untuk mengoptimalkan swing voter,” tutup Adjie.

Nailin In Saroh

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan