Mataram, aktual.com – Lembaga Ta’lif Wan Nasyr (LTN) Nahdatul Ulama (NU) Provinsi Nusa Tenggara Barat menggelar Haul Gus Dur ke 10 di Aula Kantor PWNU NTB.

Dalam keterangan tertulis diterima wartawan, Jumat (27/12). Acara Haul Gus Dur ini digelar Kamis malam (26/12) di awali dengan sholat Isya berjamaah di lanjutkan dengan tahlilan, zikir dan doa yang di pimpin oleh Wakil Rais PWNU NTB TGH Lalu Muhamad sohimun faesal di ikuti oleh Sektaris Tanfidziyah dan sejumlah jajarannya PWNU NTB, Badan otonom dan lembaga-lembaga NU yang ada ditingkat wilayah dan aktivis PMII, IPNU – IPPNU.

”Anak muda NU di NTB atau Gusdurian Selalu mengenang Gus Dur tiap tahun, kali ini temanya Rindu Gus Dur sehingga LTNNU NTB menampilkan Karya Karat (buku) yang ditulis oleh Gus Sendiri,” kata Suaeb Qury Ketua LTNNU NTB.

Karena biasanya selalu di rangkaian dengan penampilan seni dan budaya. Kali ini berbeda dengan tujuan melahirkan generasi yang menjiwai semangat pemikiran Gus Dur yang toleran dan menerima keberagaman.

“Forum ini menjadi forum mendengar testimoni tentang Gus Dur karena yang hadir ini muka muka jarang membaca sehingga dengan forum ini minimal mendengar,” ujar mantan Ketua GP Ansor NTB itu.

Lebih lanjut dia menyebutkan ada tiga hal pemikiran Gus Dur yang perlu di pahami oleh generasi yakni pertama menjaga keutuhan, kedua lanjutnya memikirkan umat dan ketiga memikirkan keluarga.

”Keluarga bagi Gus Dur di taruh nomor tiga, yang di utamakan adalah kebutuhan bangsa dan umat,” terangnya.

Karena itu, LTNNU NTB kini akan fokus ke pondok pesantren untuk melatih santri maupun siswa NU menulis. Agar kedepan ketika masuk di perguruan tinggi manapun mereka sudah bisa menulis dan juga nanti tidak lupa menulis tengang NU

“Melalui forum ini juga LTNNU NTB berharap lahir pemikiran pemikiran Gus Dur baik tentang sosial, politik dan lainnya,” ucapnya.

Di akhir acara para tokoh yang hadir secara bergiliran menyampaikan testimoninya selama kurang lebih lima menit.

Wakil Rais PWNU NTB TGH Lalu Muhamad Sohimun Faesal menyebut bahwa Gus Dur itu wali.

Sementara Sekretaris PWNU NTB H. Lalu Aksar Ansori menyebutkan bahwa pertama Gus Dur mampu membawa gerakan Islam tradisional yaknis islam kampung (pesantren) diterima di tengah tengah kemajuan kota yang sedang memikirkan pembangunan dan lainnya.

Kedua lanjutnya Gus Dur membawa NU dan Islam tradisional tadi lebih percaya diri hingga diterima ke dunia. Dan ketiga bagi Mantan Ketua Umum cabang PMII kota Mataram ini menyebutkan bahwa Gus Dur adalah spirit perjuangan bagi aktivis PMII saat itu terutama di universitas umum (UNRAM).

Sementara Febrian Putra alumni santri Denanyar Jombang Jawa timur menyebut Gus Dur pernah menjadi presiden, negeri sebesar ini. Namun tak pernah melunturkan kerendahan hatinya.

“Pengalaman ini saya alami langsung saat masih belajar di Ponpes Mambaul Ma’arif, Denanyar. Saat itu sore hari ada mobil polisi berhenti di dekat musala,” katanya.

Dilanjutkan, mereka yang ada di musala saling bertanya-tanya ada apa gerangan. Tak disangka itu adalah Gus Dur yang menjenguk tokoh agama di Jombang.

“Abah saya yang waktu itu menemui, kami yang muda dan anak kecil mendengar cerita saja di serambi musala,” sambungnya.

Namun, kata Febri, yang bikin luar biasa adalah tokoh agama bernama Haji Hasyim Masykur adalah saudara bila dirunut dari buyut Gus Dur yang ada di Gedangan, Jombang.

“Bayangkan, kita saja saudara sepupu. Kalau sudah pernah jadi presiden mungkin akan lupa,” katanya. (Eko Priyanto)

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin