Jakarta, Aktual.co — Rencana Bank Indonesia (BI) yang akan mengkaji ulang kebijakan rasio pinjaman kredit terhadap nilai aset atau Loan to Value (LTV) Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kendaraan bermotor dengan melonggarkan uang muka dan memperketat persyaratannya dinilai ampuh untuk meningkatkan kredit di perbankan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan kebijakan TV nantinya dapat menumbuhkan kredit perbankan 1 persen dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 0,05 persen pada tahun ini.
“Pertumbuhan kreditnya tahun ini, meski tinggal setengah tahun itu bisa hampir 1 persen, kalau ngga ada LTV perubahan, kredit ini mungkin bisa paling maksimal 14 persen, kalau asumsi fiskal terus bergerak, ekonomi akan tumbuh dengan belanja modal, didorong ke 15 persen,” ujar Perry di kantor BI Jakarta, Selasa (19/5).
Sementara itu, Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah mengatakan kebijakan LTV tersebut harus diharmonisasikan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mengenai angka pelonggarannya, Halim memperkirakan sebesar 10 persen.
“Tentu ada pelonggaran kisarannya sekitar 10 persen mungkin, jadi LTV nya dinaikkan secara rata-rata,” ujarnya.
Di sisi lain, pelonggaran kebijakan LTV tersebut dikhawatirkan akan meningkatkan kredit macet (Non Performing Loans/NPL). Pasalnya, masyarakat akan diberikan kemudahan dengan cara relaksasi DP rumah pertama dan sedikit relaksasi pada rumah kedua dan ketiga.
Untuk diketahui, risiko gross NPL perbankan cenderung naik mencapai 2,42 persen per Februari. NPL tertinggi bersumber dari sektor konstruksi melampaui batas threshold atau 5,4 persen per Februari. Penyumbang NPL utama berikutnya dari sektor perdagangan yang mencapai level 3,5 persen. Tingginya NPL sektor konstruksi per Februari 2015 tersebut lebih banyak disebabkan oleh proyek konstruksi perumahan. Khususnya perumahan yang diinisiasi pemerintah.
“Rumah kedua ketiga ada relaksasi sedikit, yang jelas kita ngga mau menimbulkan bubble. Itu sulit karena kita terutama untuk lindungi konsumen dan banknya terutama jangan sampai menimbulkan bubble,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka














