Jakarta, Aktual.com – Relawan Jokowi yang juga pendiri Arus Bawah Jokowi (ABJ), Michael Umbas, meluncurkan buku ‘Jokoway : Sebuah Potret Seni Kepemimpinan’ di Gedung Patra Jasa, Gatot Subroto, Kamis (27/10) malam. Peluncuran buku yang menghadirkan tiga menteri itu menuliskan perjalanan panjang Jokowi dari Pilpres hingga menjadi Presiden RI.
Ketiga menteri itu adalah Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri. Berikut Komisaris Utama PT Pembangunan Perumahan Tbk, Andi Gani Nena Wea.
“Penulisan buku ini sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak dua tahun lalu. Dan ini sebenarnya buku ke-3 tentang Pak Jokowi, sejak masa Pilpres hingga beliau menjadi Presiden,” kata Umbas dalam sambutannya.
Buku setebal 233 halaman itu menuliskan kesederhanaan dan keunikan kepemimpinan Jokowi. Dimana, di mata relawan, ide dan gagasan Jokowi akan diperjuangkan. Dengan kata lain, Jokowi tidak berubah kepemimpinannya meski telah menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia.
“Pada saat birokrasi macet beliau (Jokowi) punya satu kekuatan yang luar biasa. Fleksibel, tidak tergantung birokrasi dan segera dilaksanakan,” kata Menhub Budi Karya dalam testimoni buku karya Michael Umbas.
Presiden, kata Budi Karya, apabila menginginkan sesuatu maka dalam waktu cepat segera dieksekusi. Saat menjadi Gubernur DKI juga menerapkan kepemimpinan yang sama, menerabas birokrasi yang berbelit untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi warga Ibukota.
Menkominfo Rudiantara menyatakan, ada setidaknya enam gaya dalam teori kepemimpinan. Namun kepemimpinan Jokowi tidak ada mirip-miripnya dengan enam gaya kepemimpinan tersebut. Sebab meski keenamnya ada pada Jokowi, namun ada sesuatu yang tidak tepat disematkan ke Presiden.
Keenam gaya itu adalah pertama pemimpin yang selalu menetapkan target dan waktu, kedua pemimpin otoritatif yang senantiasa mengedepankan kerja, ketiga pemimpin yang selalu kedepankan orang lain, kelima pemimpin yang meminta anak buah mengerjakan apapun yang diperintahkan dan terakhir pemimpin demokratif.
“Pengalaman dua tahun, satupun tidak ada. Satu yang tidak pernah lepas dari kepala saya, beliau sangat desesif (berani ambil keputusan),” kata Rudiantara.
Sementara Menaker Hanif Dhakiri menyatakan Jokowi tahu betul Indonesia mau dibawa kemana, karenanya Presiden berani ambil keputusan dengan segala resikonya. Presiden juga memimpin dengan uswah khasanah, memberikan contoh.[Soemitro]
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid