Menpar Arief Yahya (istimewa)
Menpar Arief Yahya (istimewa)

Jakarta, Aktual.com – Tema “Go Digital Be The Best” 2016 dalam Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Pariwisata RI III, 15-16 September 2016 ini ibarat mengibarkan “bendera perang”. Rivalnya Truly Asia Malaysia sebagai musuh emosional, dan Amazing Thailand, sebagai musuh professional. Di momentum bertemunya seluruh stakeholder kepariwisataan yang dilangsungkan di Ecopark, Ancol, Jakarta itu Menpar Arief Yahya sekaligus memproklamirkan bersaing dengan dua negara tetangga yang berada di regional yang sama itu.

“Kami luncurkan Dashboard M-17. Itu bahasa sandi. Untuk memenangkan pertarungan di tahun 2017. Saya tidak perlu mengungkapkan apa artinya M kan?” kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata yang mantan Dirut PT Telkom Indonesia itu, saat memberikan sambutan. Audience pun bertepuk tangan, seolah sudah tahu dengan pasti, apa yang dimaksud dengan inisial M tersebut.

Dashboard M-17 itu adanya di Lantai 16, Gedung Sapta Pesona, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Markas intelijen Pariwisata yang “on” dengan 16 screen besar menempel di dinding itu. Dan mulai start di tahun ini 2016 ini. Jadi, angka 16 itu menjadi cukup sakral akan lahirnya dashboard ini. Lantai 16 itu berada satu lantai dengan ruang rapat dan ruang kerja Arief Yahya. “Pergerakan wisman dan wisnus akan terpantau dari War Room ini,” sebut Arief Yahya yang sudah seperti markas intelijen saja.

Apa sih tujuan war room? Ingat kata-kata legenda strategi perang-nya Tiongkok, Sun Tzu. Kemenangan itu direncanakan! Kenali musuhmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan. Kata-kata itu jika dimaknai secara professional menjadi: “Kenali dunia, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan persaingan. Kenali pelangganmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan persaingan. Inti dari kata-kata itu adalah benchmark. Kalau kita ingin bersaing di level internasional, kita harus melihat pesaing-pesaing hebat kita, baik regional maupun global itu melakukan apa? Lalu bandingkan dengan apa yang kita lakukan,” kata Arief Yahya.

Dashboard itu untuk mengetahui data lawan, juga memahami pergerakan dalam negeri.

Setelah menemukan kelemahan dan kelebihan lawan dan diri sendiri, temukan top three, dan bottom three-nya. Tiga terbaik itu melakukan apa saja? Tiga terendah menggunakan strategi apa saja? Bandingkan hasilnya? Bandingkan pertumbuhannya, kita dengan rata-rata dunia, dan rata-rata regional ASEAN? Posisi kita di mana? “Kalau kita lebih rendah dari rata-rata dunia dan regional, maka sejatinya, kita sedang sekarat, menuju mati. Itulah mengapa kita harus bertumbuh dan menyalip growth para pesaing kita,” terang Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.

Penggunaan digital, kata Arief Yahya, itu sebuah keniscayaan. Future customers, atau pelanggan masa depan, sudah hamper pasti digital minded semua. Dunia sekarang sudah berada dalam genggaman. “Kalau tak segera mengubah pola pikir ke digital, kita pasti ketinggalan. Sulit mengejar rival-rival utama kita,” terang Menpar Arief Yahya, pada Rakornas III Pariwisata yang mengenakan dress code batik lengan pendek, celana jins dan sepatu casual itu.

Saat ini, perilaku manusia memang sudah bergeser ke digital. Warung Telekomunikasi yang dulunya menjamur hingga 124.000 buah sudah ditinggalkan. Transportasi konvensional perlahan mulai tergerus dengan layanan aplikasi berbasis digital. Belanja, juga sudah mulai bergeser ke e-commerce.

Dan faktanya, pengguna internet di seluruh dunia jumlahnya terus naik. Ponsel dan koneksi broadband mobile sudah menjadi menu wajib yang sulit ditolak. Sudah menjadi basic need. Menurut lembaga riset pasar e-Marketer,  populasi netter dunia mencapai 3 miliar orang pada 2015.

Selain Dashboard M-17, Menpar Arief juga sudah mulai membocorkan bahwa akhir tahun ini sudah akan mengoperasikan Digital Market Place, yang dinamai TXI Travel X-change Indonesia. “Kemenpar menyiapkan mal, atau lapak pasar, bagi semua pelaku bisnis pariwisata bisa menjual paket-paketnya di situ. Nanti semua OTA –Online Travel Agency, boleh menjual paketnya, tentu dengan standart global,” ungkap Menpar Arief.

Kemenpar pun punya dua senjata untuk memahami diri sendiri dan melihat pergerakan orang lain. Tentu harus menggunakan IT dan ‘Go Digital Be The Best’ untuk menjadi pemenang. “Buat kami, baik saja tidak cukup! Kami ingin yang terbaik,” tandasnya.

Soal teknologi, tidak ada masalah. Segala hal yang terkait pariwisata lengkap. Pergerakan wisman dan wisnus, bisa dilihat real time. Tiap jam, menit, bahkan detik, datanya bisa terpantau. Setidaknya ada 16 LED yang memantau empat aktivitas utama di Kementerian yang diamati Menpar Arief Yahya. Keluhan, kritik, saran, semua testimoni baik negatif maupun positif terekam oleh big data. Semua  langsung terlihat di layar. Untuk menyortirnya pun mudah. Ada indikator warna yang terpampang di screen.

Warna merah diperuntukkan untuk kritik.  Sementara hijau artinya oke dan comfortable. “Indikator positif negatif itu sudah didasarkan pada TTCI Tour and Travel Competitiveness Index di World Economic Forum (WEF). Standarnya sudah global. Dengan ukuran-ukuran yang dipakai dunia internasional, kita jadi bisa mengukur dan menghitung posisinya ada di mana? Kalau nggak bisa mengukur, bagaimana kita mengelola?” ujar Arief Yahya.

Pengembangan Destinasi Pariwisata nasional juga sudah digital. Sekarang, tak ada lagi top destinasi yang tidak terpantau. Pagi, siang, sore, malam, datanya selalu update. Dari mulai pengembangan kawasan, ground breaking, pembangunan fisik, laporan kemajuan, datanya selalu terpantau dari layar.

Kelembagaan dan SDM? Juga sudah masuk radar digital. Data SDM yang sudah disertifikasi,  daerah yang sudah dilatih, hospitality, target, capaian, kualifikasi SDM, suply tenaga kerja yang dibutuhkan, semuanya terekam dengan baik. “Dengan go digital, kita bisa menjadi yang terbaik. Semakin digital semakin personal, semakin digital, semakin global, dan semakin digital semakin profesional,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan