Jakarta, Aktual.com – Angkatan Laut China meresmikan kapal elektronik pengintai baru, kata media pemerintah, Kamis.

Peluncuran itu adalah langkah terkini China memperkuat armadanya di tengah tegangan tinggi perebutan kekuasaan di Laut China Selatan.

Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menggunakan enam kapal elektronik pengintai, kata koran berbahasa Inggris “China Daily” dengan menekankan, “PLA belum pernah merinci jumlah kapal pengintainya untuk khalayak umum.” Angkatan Laut PLA pada tahun lalu meresmikan 18 kapal, di antaranya berjenis perusak peluru kendali, pengangkut, dan pengiring armada perang, kata koran itu.

China mengatakan tengah membangun kapal induk keduanya.

Pasalnya, kapal induk saat ini yang dibuat Soviet, Liaoning bukan barang baru.

Kegiatan kapal induk China di Laut China Selatan pekan ini sempat diprotes sejumlah negara tetangga.

Kapal pengintai elektronik baru, CNS Kaiyangxing atau Mizar dengan kode 856 akan berlayar, Selasa untuk mendukung Armada Kapal Laut Utara di pelabuhan Qingdao, China Timur, tambahnya.

“Kaiyangxing dapat berlayar di segala cuaca, mengintai ragam sasaran dengan jangkauan putaran jarum jam,” kata koran itu mengutip media pertahanan China yang membandingkan kapal itu dengan armada milik Amerika Serikat dan Rusia.

Otoritas terkait mengatakan, China kini telah meningkatkan aktivitas kapalnya hingga mampu mengimbangi armada perang AS dan Jepang di Laut China Selatan dan Laut China Timur.

Negeri Tirai Bambu itu mengklaim nyaris seluruh wilayah Laut China Selatan, perairan yang diyakini menyimpan banyak cadangan gas dan minyak, serta dilalui kapal dagang senilai lima trilyun dolar AS per tahunnya.

Negara itu dikabarkan telah membangun fasilitas militer di sejumlah pulau sekitar perairan tersebut.

Namun Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam turut mengklaim memiliki perairan tersebut.

China mengaku tak berniat memperkeruh sengketa, dan mengajak tiap pihak agar menyelesaikan masalah Laut China Selatan melalui perundingan.

Akan tetapi, China tengah mengalami masalah diplomatik dengan AS terkait patroli kapal dan armada perang di Laut China Selatan.

Calon menteri luar negeri AS, Rex Tillerson yang ditunjuk presiden terpilih Donald Trump, Rabu mengatakan, akses China memasuki pulau yang ia bangun mesti ditutup.

Negara itu juga harus dicegah menempatkan perangkat militernya di Laut China Selatan, tambahnya.

(Ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby