Jakarta, Aktual.com – Aksi korporasi yang dilakukan Pertamina dengan meluncurkan varian baru BBM bernama Pertalite RON 90, dianggap merupakan upaya untuk meminimalisir kerugian akibat menjual premium. Pendapat itu disampaikan Indonesia Resources Studies (IRESS).

“Kalau bicara Pertalite, mungkin ini cara Pertamina untuk mengurangi kerugian akibat terpaksa menjual premium yang harganya masih dikendalikan Pemerintah,” kata Direktur Eksekutif IRESS Marwan Batubara, di Jakarta, Jumat (24/7) malam.

Sebab penetapan harga pertalite tidak tunduk pada aturan Perpres 191, seperti halnya Pertamax, sehingga keuntungannya sudah terukur.

“Secara teknis, spesifikasi Pertalite sudah sesuai kebutuhan mesin, jarak tempuh Pertalite pun lebih jauh sekitar 6% dan ramah lingkungan, maka produk ini bisa menjadi pilihan yang lebih baik dibanding harus membeli produk pertamax yang lebih mahal,” ujar Marwan.

Lebih lanjut dia menjelaskan, Pertamina terpaksa menelan kerugian dalam menjual premium, lantaran harga BBM RON 88 itu dihitung sesuai formula yang ada di Perpres No.191/2014.

Dimana variabel penentunya adalah harga minyak dunia dan kurs. Ditambah biaya-biaya tambahan seperti cost angkutan, distribusi, penyimpanan dan pengilangan. Ditambah lagi ada faktor-faktor penambah harga yakni PPN 10%, margin SPBU, PBBKB dan keuntungan Badan Usaha(BU).

“Pemerintah sebut margin BU 5-10%. Prakteknya margin BU kurang dari itu. Justru Pertamina malah rugi dalam 2-3 bulan terakhir karena tidak dapat margin akibat pemerintah takut naikkan harga sesuai formula yang ditetapkan sendiri oleh pemerintah di PerPres,” tukasnya.

 

Artikel ini ditulis oleh: