Jakarta, Aktual.com — Sambutan luar biasa diperoleh komunitas Omah Peradaban atas prakarsanya menyelenggarakan kajian keilmuan sebagai bentuk pencerdasan bagi masyarakat luas mengenai bingkai berpikir dan cara pandang Islam yang benar (Islamic worldview).
Pasalnya, Omah Peradaban sukses menyajikan santapan ilmu tentang sejarah peradaban Islam secara apik, menarik, dan kekinian, dalam bentuk kuliah singkat Sekolah Sejarah dan Peradaban Islam (SSPI). Hingga saat ini, SSPI telah menghasilkan 107 Alumni yang terdiri dari Mahasiswa S1, S2 bahkan di antara mereka ada yang sedang menempuh S3. Tak kalah antusias katagori umum dari berbagai wilayah, Jabodetabek, Bandung, juga ramai.
Menurut penggagas SSPI tersebut, Agastya Harjunadhi, bicara tentang sejarah berarti bicara tentang identitas. Maka, siapapun yang mengenal dan memahami sejarah perjalanan manusia di muka Bumi, sejarah berdirinya sebuah bangsa beserta para pahlawannya, termasuk pada hal paling dasar, yaitu mengenai esensi sejarah itu sendiri, ia akan mampu mengenal dirinya, sebagai manusia dan identitas bangsanya sehingga mampu meluruskan kesalahan di sekitarnya.
Agas menekankan, bahwa memahami sejarah adalah untuk mengambil ‘ibrah’. Karena sejarah identik dengan ibrah. Dalam bahasa arab ibrah adalah “‘ibr”. (menyebrang), ma’br (jembatan). Sejarah dikatakan ibrah atau jembatan atau tempat penyebrangan, yakni agar bersambung antara kita generasi yang hidup hari ini, dengan generasi masa lampau di segala zaman dan waktu. Sehingga kita bisa mengambil banyak sekali kebaikan yang terdiri dari ilmu dan hikmah.
“Masalah di generasi kita kini adalah terputusnya jembatan ini tersebab karena tidak memahami sejarah, sehingga terputuslah kita dengan sekian banyak kebaikan tersebut”, tandasnya.
Sesuai visinya, yaitu menjadi sekolah sejarah peradaban yang menyajikan fakta data dan semangat konstruksi pemikiran berdasarkan ‘worldview’ Islam, maka Omah Peradaban akan terus menjadikan SSPI sebagai program unggulan, di antara program-program kebaikan lainnya yang sama-sama terus digalakkan kepada masyarakat luas.
Sama seperti SSPI Angkatan pertama, pada SSPI Angkatan kedua ini, kuliah akan berlangsung selama dua bulan, bertempat di Auditorium Gedung X FIB UI, setiap hari Sabtu pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Pertemuan perdana diselenggarakan pada Sabtu (02/04) lalu dengan Dr. Abdurakhman sebagai pembicara utama.
Materi yang disampaikan oleh Dr. Abdurrakhman meliputi pengertian sejarah secara etimologi dan histori, kategori sejarah, unit-unit sejarah, maksud dari objektivitas dan subjektivitas dalam sejarah, adanya metode-metode dalam penyusunan sejarah sehingga sejarah tersebut dapat menjadi tulisan sejarah dan ilmu sejarah. Salah satu yang terpenting dalam memahami sejarah menurut Dr Abdurakhman yaitu memahami jiwa zamannya.
“Objektifitas dalam memandang sejarah sangat penting, dan yang terpenting juga adalah memahami dan melihat jiwa zamannya”, terang Kepala Departemen Sejarah di FIB UI dalam perkuliahan tersebut.
Meskipun menurut sebagian orang, belajar sejarah sangat membosankan, ternyata anggapan tersebut ‘jauh panggang dari api’. Terbukti dari antusiasme para pendaftar yang mencapai 100 orang. Jika ditotal dengan SSPI Angkatan I, maka sudah menghasilkan hampir 200 peserta dalam periode Januari sampai April.
Para lulusan SSPI diharapkan menjadi para penikmat sejarah dari sudut pandang Islam, untuk kemudian sampai pada bagian dari para pelaku yang turut meluruskan alur sejarah yang selama ini sudah berkembang pesat dengan kesalahan teori.
Program besar lanjutan dari para alumni sebagai wujud kepedulian kepada bangsa dan ummat adalah Gerakan Nasional Restorasi Sejarah Bangsa (#GENERASİ) yang mana akan bekerja sama dengan institusi-institusi otoritatif yang sevisi misi.
Semoga dengan upaya sederhana ini mampu menerbitkan generasi yang berkepribadian, berkarakter, beradab, dan pembawa manfaat.
Acara ini terselenggara berkat kerjasama dengan FORMASI FIB Universitas Indonesia, dan didukung oleh IQRA’ALFATIH institute, Abdijaya Productions, wardrobe Bysistershop, Harjuna Collections, IQRA’ iStudio, Alhikmahtv, Aliansi Pemuda Islam Indonesia, Salam UI, dan IQRA’ interactive.
Artikel ini ditulis oleh: