Arab Saudi sebagai penyeimbang China dan Amerika Serikat. (ilustrasi/aktual.com)

Pada umumnya aneka ulasan seputar kunjungan Raja Salman Arab Saudi lebih fokus pada kerjasama ekonomi kedua negara dan berapa besar investasi Arab Saudi ke Indonesia. Terus apa benar kunjungan Arab Saudi dimaksudkan untuk mengimbangi meningkatnya dominasi Cina dalam perekonomian Indonesia.

Namun M Arief Pranoto, Direktur program studi geopolitik dan studi kewilayahan Global Future Institute, mencoba membaca yang tersirat daripada yang tersurat dari kunjungan Raja Salman.

Foto M Arief Pranto

Menurut Pria kelahiran Malang-Jawa Timur ini, terlepas adanya pro-kontra atas kunjungan Raja Salman ke Indonesia, barangkali nilai (tersirat) politis yang ingin ditunjukkan kepada dunia bukan sekedar nilai investasinya di Indonesia, tetapi lebih kepada show of force alias unjuk kekuatan. Kenapa?

“Betapa di tengah anjlognya harga minyak dan krisis ekonomi di Arab Saudi, ternyata masih mampu kunjungan ke berbagai negara dengan jumlah rombongan yang mencengangkan (1500 orang). Jadi mungkin pesan yang ingin disampaikan adalah: “Islam itu kaya lho,” begitu tutur Pranoto yang bersama Hendrajit beberapa bulan lalu baru saja menerbitkan buku berjudul Perang Asimetris dan Skema Penjajahan Gaya Baru, terbitan Global Future Iinstitute.

Lantas, apa pesan tersirat Raja Salman buat Indonesia?

Dalam bacaaan Pranoto yang punya hobi menyanyi dan menulis puisi ini, tentunya tak lepas dari kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, “Hai, anda jangan mendewakan negara non muslim lha ya, anda itu merupakan bangsa yang kaya-raya. Jadi yang penting, urus saja yang benar tata kelola kenegaraannya. Demikian kira-kira penilain saya dari perspektif lain.”

Benar tidaknya bacaan M Arief Pranoto, agaknya perlu juga direnungkan mengngat eforia kunjungan Raja Salman masih begitu gegap-gempita dalam minggu-minggu belakangan ini.

Agustina dan Deddy Kusnaedi