Medan, Aktual.co —  Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara memang kaya akan aset sejarah dan kebudayaan, utamanya sejarah dan kebudayaan Islam.
Namun sayang, masih banyak aset sejarah dan budaya yang masih terkesan terbengkalai dan tidak terawat sama sekali di Kecamatan yang diprediksi sebagai awal masuknya ajaran Islam ke Nusantara itu. Salah satunya, tapak kaki berukuran raksasa yang berada di Desa Bukit Patupangan.
“Lokasinya dekat pemukiman warga, selama ini dijadikan sebagai sumber air bagi warga sekitar, karena airnya jernih,” ujar Ketua Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) STKIP Barus, Oka Andika kepada Aktual.co di Pandan, Tapteng, Jumat (6/2).
Tapak kaki berukuran panjang dua meter dan lebar satu meter dan berbentuk kaki sebelah kiri itu, kata Oka, selama ini tidak terawat, penuh rumput dan dibiarkan begitu saja.
“Bentuk sumurnya sudah seperti tapak kaki, dan kalau dilihat ke dasarnya, sangat jelas bahwa itu adalah tapak kaki, jari-jarinya juga jelas. Sayang selama ini tidak diperdulikan dan dibiarkan begitu saja,” tutur Oka.
Sementara itu, Poppy Tanjung, Bendahara Mapala STKIP menambahkan sejumlah spekulasi soal tapak itu bermunculan. Diantaranya, tapak kaki itu diduga berkaitan erat dengan tapak kaki yang berada di Aceh Selatan Provinsi Aceh, yang kini menjadi objek wisata bernama Tapak Tuan.
“Dugaan yang di Aceh (Tapak Tuan) itu tapak sebelah kanan, dan yang di Barus itu sebelah kiri,” ungkapnya.
Spekulasi lain, lanjut Poppy, yakni penuturan warga sekitar yang mengaku pernah bermimpi tentang sumur itu, dan bertemu dengan seorang perempuan berukuran raksasa. “Kalau menurut masyarakat sih, perempuan, berdasarkan mimpi,” kata dia.
Ditambahkan Poppy, pihaknya dari Mapala STKIP saat ini tengah berupaya menyelamatkan aset budaya itu. Salah satunya, meminta agar Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah bersedia melakukan pemugaran.
Pemugaran itu, lanjut Poppy, selain sebagai upaya penyelamatan aset budaya, tentunya akan menambah khasanah wisata di Kecamatan Barus Kabupaten Tapteng.
“Rencana mau mengajukan ke Bupati agar tapak itu dipugar, dan digali serajahnya, karena ini kan aset budaya, lalu dibuat keterangannya. Ini kita lakukan supaya lestari, turun temurun, agar dapat menjadi aset sejarah, karena barus ini kan memang kaya dengan sejarah peradaban,” tandas Poppy.

Artikel ini ditulis oleh: