Solo, aktual.com – Lima mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah menciptakan alat mobilitas untuk penyandang tunanetra berupa “SO-LI Sense”.

“Alat ini merupakan produk inovasi yang dapat melakukan pemetaan lingkungan dengan ‘3D mapping‘ untuk mengetahui secara menyeluruh objek di sekitar tunanetra dan memberikan rasa aman ketika berjalan,” kata salah satu mahasiswa pencipta alat itu, Andreas Wegiq di Solo, Jumat (13/12).

Ia mengatakan biasanya penyandang tunanetra menggunakan teknologi asistif berupa tongkat tunanetra dan anjing pemandu untuk meningkatkan mobilitas. Meski demikian, dikatakannya, kedua alat tersebut tidak cukup untuk meningkatkan mobilitas tunanetra secara signifikan.

“Oleh karena itu, perlu adanya terobosan teknologi asistif baru,” katanya.

Ia mengatakan alat tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu “SO-LI Helmet”, “SO-LI Bracelet”, dan “SO-LI Bag”.

Untuk SO-LI Helmet, dikatakannya, merupakan pemandu tunanetra untuk menghindari penghalang yang dilengkapi dengan komponen “headphone” sebagai speaker untuk menyampaikan informasi objek oleh asisten digital.

“Bagian ini juga dilengkapi dengan ‘depth censor’ dan 360 derajat lidar sensor,” katanya.

Selanjutnya untuk SO-LI Bag difungsikan sebagai tas pengolah data yang didesain khusus untuk pengolahan data berat. Ia mengatakan di dalamnya terdapat laptop yang terinstal “robotic operating system” (ROS) untuk mengolah data hasil tangkapan sensor.

Sedangkan untuk SO-LI Bracelet, dikatakannya, merupakan gelang getar pemberi informasi kedekatan objek di sekitar tunanetra dalam bentuk getaran.

“Untuk terhubung dengan SO-LI Bag dan SO-LI Helmet, gelang ini menggunakan komunikasi data melalui WiFi,” katanya.

Untuk target pemasarannya, kelompok tersebut menargetkan dapat dilakukan hingga satu tahun ke depan.

“Selama satu tahun itu kami akan fokus ke pengembangan dulu, mulai dari pengembangan badan produk yang ergonomis atau nyaman, kemudian optimasi algoritma ‘3D mapping’, dan peningkatan performa digital asisten,” katanya.

Sementara itu, produk inovatif tersebut berhasil meraih “Bronze Prize” di “Seoul International Invention Fair (SIIF) 2019”. Sebagaimana diketahui, SIIF merupakan kompetisi invensi dan inovasi internasional berbentuk pameran, di mana peserta mempresentasikan dan memamerkan produknya untuk memperebutkan medali perunggu, perak, dan emas.

Selain itu, Andreas dan empat teman lainnya, yaitu Ragil Setiawan, Adimas Agustinus, Muhammad Afriyansyah, dan Calvin Gibran juga berhasil meraih “Special Award for Innovation” dari Universitas King Abdulaziz, Arab Saudi. (Eko Priyanto)

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin