Melbourne, aktual.com – Mahasiswi Israel yang tewas dibunuh di Melbourne, Australia, tengah berbicara via telepon dengan saudarinya ketika dia dikuntit dari transportasi umum dan diserang di dekat universitas tempatnya belajar, kata kepolisian pada Kamis (17/1).

Jasad Aiia Maasarwe (21) ditemukan oleh orang yang lewat pada Rabu (16/1) pagi di dekat kampus Universitas La Trobe di Bundoora, di timur laut Melbourne, yang merupakan kota terbesar kedua Australia. Polisi mendeskripsikannya sebagai warga Israel.

“Ini adalah kejahatan mengerikan yang dialami oleh anggota masyarakat kami yang tidak bersalah,” kata Inspektur Detektif Andrew Stamper dalam konferensi pers, dikutip Reiters, Kamis.

“Kami beranggapan bahwa ini adalah serangan acak dan oportunistik,” katanya.

Serangan itu adalah yang kedua kalinya dalam tujuh bulan yang menewaskan perempuan muda dalam perjalanannya ke rumah pada malam hari di Melbourne, yang memiliki kehidupan malam cukup sibuk dan populer di kalangan mahasiswa asing.

Polisi mengatakan Maasarwe menggunakan trem dalam perjalanannya pulang setelah menonton pertunjukan komedi. Dia tengah berbicara dengan saudarinya via telepon ketika serangan terjadi dan saudarinya memberi tahu pihak berwenang, kata Stamper.

“Dia mendengar suara benda jatuh, telepon jatuh ke tanah dan mendengar beberapa suara dan hanya itu,” katanya.

Beberapa anggota keluarga Maasarwe tiba dari Israel pada Kamis.

Maasarwe berada di Melbourne untuk mengikuti program studi selama enam bulan di luar negeri sebagai bagian dari program perolehan gelar di Universitas Shanghai.

Polisi mengatakan uji forensik sedang dilakukan pada dua potong pakaian yang ditemukan di dekat tempat kejadian perkara yang mereka yakini telah ditinggalkan oleh pelaku yang menyebabkan kematian Maasarwe.

Pada Juni, Eurydice Dixon (22) dikuntit ketika dia pulang setelah tampil di klub komedi Melbourne sebelum mengalami pelecehan seksual dan kemudian dibunuh di sebuah taman umum.

Kematian Dixon mendorong banyak curahan kesedihan, dengan lebih dari 5.000 orang menghadiri acara berkabung di taman tersebut, dan dorongan lebih luas dari polisi untuk mengakui bahwa perempuan seharusnya dapat dengan bebas dan merasa aman pulang sendirian pada larut malam.

Lebih luas lagi, Australia telah mengkaji kebijakannya terkait aksi kekerasan terhadap perempuan. Enam puluh sembilan perempuan meninggal akibat aksi kekerasan di Australia pada 2018, naik dari 54 pada 2017, menurut kelompok masyarakat Destroy the Joint.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin