Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) disaksikan Ketua KPU Arief Budiman (tengah) bersiap mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat kedua yang hanya diikuti capres tanpa wapresnya itu mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. AKTUAL/Tino Oktaviano

Purwokerto, aktual.com – Pakar hukum tata negara Mohammad Mahfud MD debat calon presiden dan calon wakil presiden lebih banyak pada hiburan karena pilihan orang sebenarnya hampir final.

“Sejak dulu kalau ada debat capres ada kontroversi, yang mendukung A bilang ini baik, yang mendukung satunya bilang ini salah. Itu biasa saja,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (19/2).

Mahfud mengatakan hal itu kepada wartawan usai menjadi pembicara kunci dalam acara Dialog Kebangsaan Seri IV dengan tema “Mengokohkan Kebangsaan: Menjaga Nalar Sehat dan Berbudi” yang digelar di halaman Stasiun Purwokerto.

Akan tetapi sebenarnya, kata dia, debat capres itu lebih banyak pada hiburan karena pilihan setiap orang saat sekarang sudah hampir final.

“Sekian orang sudah menjadi (atau) menetapkan pilih si A, sekian orang si B, sisanya ‘swing voters’ atau belum menentukan itu tidak banyak. Mungkin berbaginya tidak mutlak kepada yang satu sehingga nanti, ya kita nikmati saja,” kata Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan itu.

Menurut dia, penonton debat capres tetap banyak tetapi terhadap pemilih tidak banyak karena sudah lebih dari 85 persen telah punya pilihan yang terbagi ke dua pasangan capres dan cawapres.

Sementara sisanya, akan berbagi ke masing-masing pasangan capres dan cawapres.

“Itupun biasanya kaum rasional. Nah, kaum rasional itu juga tidak terlalu terpengaruh dengan slogan-slogan,” kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.

Akan tetapi bagi rakyat, kata dia, senang dengan adanya kampanye pemilu.

Dialog Kebangsaan Seri IV tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Jelajah Kebangsaan yang diselenggarakan PT Kereta Api Indonesia (Persero) bekerja sama dengan Gerakan Suluh Kebangsaan.

Kegiatan Jelajah Kebangsaan yang dilaksanakan pada tanggal 18-22 Februari 2019 itu mengambil rute dari Merak hingga Banyuwangi serta digelar di sembilan stasiun, mulai dari Stasiun Merak, Stasiun Gambir, Stasiun Cirebon, Stasiun Purwokerto, Stasiun Yogyakarta, Stasiun Solobalapan, Stasiun Jombang, Stasiun Surabayagubeng, dan berakhir di Stasiun Banyuwangi.

Para tokoh nasional yang hadir dalam kegiatan tersebut menggunakan kereta api khusus untuk menempuh jarak 1.341 kilometer selama lima hari perjalanan.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin