Menurut Sirojuddin, ada tiga kemungkinan, pertama: sejauh mana isu yang berkembang menjelang Pilpres 2019, inilah kata dia, yang akan menentukan siapa Cawapres yang tepat.
“Kalau isunya ancamannya keamanan dari dalam dan luar negeri, maka Cawapresnya sangat mungkin dari militer,” ungkapnya.
Kedua, kalau isunya keprihatinan ekonomi, maka Cawapresnya diumungkinkan dari ekonom. Ketiga, bisa jadi rentetan isu Pilkada DKI Jakarta, isu SARA itu berlanjut, sehingga Cawapres yang diumungkinkan dari kalangan Islam moderat.
“Jadi, tergantung pada isu yang berkembang menjelang Pilpres 2019,” katanya.
Untuk survei Indikator Politik, Cawapres yang muncul justru yang tertinggi Ahok, Gatot Nurmantyo, Sri Mulyani, dan lain-lain. Karena itu, menurut Sirojuddin, parpol penting membaca keinginan masyarakat. Dimana pemilih di pilpres 2019 itu adalah 55 % berusia 17 – 38 tahun, dan yang melek internet sebesar 45%.
“Bisa muncul Cawapres dari kalangan muda,” pungkasnya.
(Reporter: Nailin)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka