Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kanan) mengamati gerhana matahari sebagian dengan kacamata khusus di Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/3). Gerhana matahari sebagian yang terlihat di Surabaya berlangsung selama 2 jam 18 menit 17 detik mulai pukul 06:21:20 hingga 08:39:37, dengan lebar gerhana sekitar 86,04 persenANTARA FOTO/Zabur Karuru/ama/16

Jakarta, Aktual.com — Walikota Surabaya Tri Rismaharini dinilai tidak konsisten jika tetap maju dalam Pilkada DKI Jakarta. Pasalnya Risma sempat berjanji kepada masyarakat Surabaya tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 mendatang.

Demikian dikatakan oleh Direktur Konsep Indonesia sebuah lembaga Research & Consulting Veri Muhlis Arifuzzaman. Ia juga menilai jika Risma jadi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) langkah tersebut tidak lebih dari sekedar perjudian.

“Meskipun masih ada waktu untuk bergerak, hanya saja itu tidak mudah,” kata Veri kepada media di Jakarta, Senin (9/5).

Selain itu, Risma sendiri tampaknya akan gamang berhadapan dengan Ahok. Selain karena memiliki kesamaan tipe kepemimpinan, Risma bersama Ahok juga sama-sama memiliki basis pemilih yang sama. “Itu artinya, kehadiran Risma akan menguntungkan pihak ketiga bisa Yusril atau Sandiaga atau lainnya,” kata Veri.

Sebagai incumbent Ahok tentu lebih memiliki modal dibanding Risma, baik pengalaman, dukungan keuangan maupun kesiapan jaringan. Mengandalkan hanya pada gerak partai di dalam Pilkada tentu tidak mudah. Itu artinya, walau PDI Perjuangan bisa mencalonkan sendiri, tetap harus ada kerjasama dengan partai lain atau ormas/relawan di DKI.

Sejauh ini dapat diduga, jika Risma benar-benar masuk ke Jakarta suara yang tergerus adalah suaranya Ahok. Suara kelompok anti-Ahok masih belum dapat dirayu oleh Risma, karena Risma masih diangap sebagai bagian yang sama dengan Ahok.

“Risma bukan antitesa Ahok, tetapi alternatif dari Ahok. Sejauh ini antitesa Ahok masih disandang Yusril Ihza Mahendra,” tandas Veri.

Artikel ini ditulis oleh: