Jakarta, Aktual.co — Penggunaan insektisida dan zat kimia pada lahan pertanian dilarang dalam Konvensi Stockholm pada tahun 1972 silam. Namun penggunaan serta dampaknya berlanjut hingga hari ini. Namun demikian, zat kimia yang berada dalam tubuh dan lingkungan sekitar selama beberapa dekade menjadi masalah tersendiri.

Zat kimia ini mengganggu endokrin yang mampu menghancurkan kadar hormon manusia yang sehat. Bagi wanita yang terkena, itu pertanda, bahwa mereka lebih besar memiliki fertilitas yang tidak subur. Ya sekarang, warga dunia sedang disterilkan dengan masalah pestisida.

Pertanyaannya, bagaimana melawan efek sterilisasi terhadap DDT pestisida?
Beruntung ada solusinya. Di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, peneliti menemukan bahan utama untuk memulihkan kesuburan pada wanita yang terkontiminasi oleh pestisida.  

Sementara itu, ada obat alami yang berasal dari Bumi dalam bentuk vitamin B. Para peneliti menerbitkan temuan mereka dalam American Journal of Clinical Nutrition, edisi bulan Desember lalu. Para peneliti menyatakan, bahwa vitamin B melindungi sistem reproduksi bahkan yang sudah tercampur dengan pestisida DDT sekalipun.

“Hasil penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi DDT dalam tubuh dapat meningkatkan resiko keguguran dini,” kata pemimpin studi Xiaobin Wang, MD, ScD, MPH bersama Profesor dan Direktur Pusat Penyakit Dalam, Zanvyl Krieger, di Johns Hopkins, demikian laman NaturalNews melaporkan, Rabu (21/1).

“Studi ini memberikan informasi ke kita bahwa perbaikan gizi dapat memodifikasi efek racun DDT, dengan lebih baik mempersiapkan tubuh untuk mengatasi racun lingkungan dan juga stres. Kami menunjukkan bahwa wanita dengan kadar tinggi DDT, tapi mengasup vitamin B memiliki lebih baik kesempatan untuk mendapatkan kehamilan dibandingkan mereka yang kekurangan vitamin tersebut. ”

Pentingnya mengasup vitamin B12, folat sebelum pembuahan dan selama kehamilan. Dalam studi yang dilakukan antara tahun 1996-1998, Wang bersama timnya meneliti sekelompok pekerja China yang mencoba untuk hamil.

Setiap harinya, para pekerja mengambil tes urine. Para peneliti mencatat tingkat hCG pekerja, yang merupakan hormon yang memberi petunjuk terkait pembuahan. Ini membantu para peneliti menentukan apakah ada keguguran pada enam minggu pertama kehamilan. Mereka juga diteliti tingkat DDT-nya, kadar vitamin B dan tingkat DDE  sebelum kehamilan.

Hasil yang ditemukan?
Ilmuwan menerangkan, bahwa wanita dengan kadar tinggi DDT-nya dan tingkat vitamin B yang rendah, dua kali lebih lama bisa untuk hamil. Dari kelompok yang terdiri dari 291 wanita yang diteliti,  31 persen dari pembuahan hilang di awal enam pekan kehamilan, yang merupakan periode yang sangat rentan. Tingkat DDT tinggi menjadi penyebab masalah tersebut.

Tingkat DDT yang tinggi dan kadar vitamin B yang rendah, wanita mengalami resiko untuk keguguran awal sebanyak dua kali lipat. Pada wanita dengan tingkat DDT tinggi, tetapi kadar vitamin B yang cukup, mengandung sedikit resiko keguguran (peluang 42 persen lebih besar, red).

Para peneliti menegaskan, bahwa vitamin B12 dan asam folat, merupakan vitamin paling penting pada tahap awal kehamilan, terutama bagi wanita yang telah terkena sterilisasi (kemandulan)  dari  pestisida kimia, DDT.

Sementara itu, banyak wanita diinstruksikan untuk melengkapi dengan zat besi dan folat antara delapan dan dua belas minggu masa kehamilan.

Diet kaya vitamin B harus dimulai sebelum pembuahan berlangsung menuju tahap kehamilan, terutama pada mereka yang rentan terhadap enam minggu pertama.

Sekedar informasi wanita di AS yang sudah menikah antara usia 15 dan 44 kini mengalami kesulitan dalam hamil dan mempertahankan kehamilan. Tingkat kesulitan kehamilan ini meningkat dari 8 persen pada tahun 1982 menjadi 11,8 persen pada tahun 2002. Angka ini bahkan lebih buruk saat ini.

Wang menyimpulkan, “Badan kesehatan pemerintah harus memastikan perempuan mendapatkan mikronutrien yang memadai termasuk vitamin B dalam diet mereka tidak hanya selama kehamilan, tetapi juga sebelum mereka hamil. Jika tidak, mereka bisa kehilangan momongan.”

Artikel ini ditulis oleh: