Jakarta, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencatat penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) untuk bulan Februari 2017. NTP bulan lalu yang sebesar 100,33 itu mencatatkan penurunan 0,58 persen dibanding bulan sebelumnya sebesar 100,91.

“Penurunan NTP ini dikarenakan Indeks Harga yang diterima petani juga turun sebesar 0,24 persen. Dan semakin kasihan lagi Indeks Harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen,” ujar Kepala BPS, Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (1/3).

Kata dia, NTP sendiri merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.

“NTP ini adalah salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga sebagai daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi,” jelasnya.

Jadi, dengan indikator NTP itu, kata dia, semakin tinggi NTP secara relatif akan semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

“Jadi penurunan NTP pada Februari itu, disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami penurunan, sedang indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh runah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami kenaikan,” papar dia.

Bahkan, lanjut Kecuk, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional pada Februari 2017 itu juga mengalami penurunan sebesar 0,56 persen menjadi 109,62, jika dibanding dengan NTUP bulan sebelumnya.

“Jadi nasib petani memang sangat berat, apalagi memang pada bulan lalu itu inflasi pedesaan di Indonesia sebesar 0,38 persen. Atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang 0,23 persen. Itu dipicu oleh naiknya seluruh kelompok penyusun indeks konsumsi rumah tangga,” pungkas Kecuk.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan