Gedung OJK Jakarta

Jakarta, Aktual.com – Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) industri perbankan sebesar 3,16 persen secara “gross” per akhir Februari 2017.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon pada jumpa pers di Jakarta, Rabu (5/4), mengatakan, meskipun secara “gross”, NPL meningkat dibanding posisi akhir tahun yang sebesar 2,9 persen, namun kualitas kredit perbankan hingga Februari 2017 masih terkendali.

Lagipula, kata Nelson, secara “nett”, NPL industri perbankan per Februari 2017 sebesar 1,32 persen atau berada di besaran yang dijaga OJK yakni tidak melebihi lima persen.

“Masih jauh dari batas ‘nett’ di lima persen,” ujarnya.

NPL “gross” merupakan rasio kredit bermasalah yang dihitung dari total kredit sebelum dikurangi nilai Penghapusan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) bank. Sedangkan NPL “nett”, merupakan rasio kredit bermasalah dari perhitungan total kredit yang sudah dikurangi PPAP.

Nelson menggambarkan secara umum kondisi industri perbankan cukup sehat. Fungsi intermediasi bank, yang ditandai penyaluran kredit, kata dia, memang belum dapat tumbuh melebihi 9,9 persen atau dua digit.

“Tapi lebih tinggi sekarang dibandingkan Februari 2016. Semester II baru mulai bisa dua digit,” kata dia.

Adapun untuk kondisi likuiditas perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK) per Februari 2107 sudah tumbuh 9,2 persen. Nelson optimistis, DPK perbankan akan terus bertumbuh karena didorong dana repatriasi amnesti pajak selama Maret 2017.

“Dana yang masuk akan segera tersalurkan di produk perbankan. Secara keseluruhan perbankan kita masih sehat,” kata dia.

Per Februari 2017, rasio kecukupan modal inti (Capital Adequacy Ratio/CAR) industri perbankan juga sebesar 23,18 persen. Potensi keuantungan juga dipandang masih baik, karena marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) sebesar 5,28 persen, yang menurut Nelson, NIM tertinggi di Asia Tenggara.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan